Pembelajaran Discovery
untuk Anak Usia Dini
Hanya dalam 7 semester, Lina
Eka Retnaningsih, begitu namanya, berhasil menyelesaikan skripsinya yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Terhadap Kemampuan Sains Anak Kelompok B TK Tunas Harapan 1 Tunggunjagir
Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan”. Mahasiswi dari jurusan Pendidikan
Guru—Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan itu berhasil meraih IPK tertinggi se-FIP
sebesar 3,74. Mahasiswa yang sehari-harinya
dipanggil Lina itu mengaku memilih judul tersebut karena
merasa kemampuan kognitif yang
dikembangkan untuk anak tidak hanya berhitung. Pengetahuan umum dan sains
merupakan salah satu aspek pada bidang kognitif yang harus dikembangkan oleh
guru.
TERBAIK: Inilah Lina Eka Retnaningsih, wisudawan terbaik FIP 2014. |
“Selama ini, pengembangan kemampuan sains
diberikan/diterapkan melalui kegiatan bercerita saja. Guru kurang memberikan
kesempatan pada anak untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuan melalui
kegiatan langsung yang dilakukan oleh anak. Model Pembelajaran Discovery ini memberikan kesempatan
langsung pada anak untuk terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran dengan
menemukan sendiri pengetahuan melalui kegiatan yang dilakukan,” ungkap
mahasiswa kelahiran Lamongan, 23 Maret 1992 tersebut.
Saat ditanya apakah ia akan menindaklanjuti
skripsinya tersebut, mahasiswa yang tinggal di Desa Tunggunjagir, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan itu menjawab
mantap. Lina akan menerapkan model pembelajaran discovery pada pembelajaran di lembaga
pendidikan anak usia dini.
“Anak usia dini adalah anak
yang berada pada usia emas, dimana pada usia tersebut otak anak sangat peka
dalam menerima berbagai stimulasi. Ketika sejak dini anak sudah diberikan
pendidikan yang bagus tentunya anak akan bisa menjadi generasi penerus yang
bisa memajukan bangsa Indonesia,” terang mahasiswa yang
mempersembahkan skripsi pada kedua orang tuanya
tersebut.
Saat dikabarkan menjadi mahasiswa dengan
peraih IPK tertinggi, Lina mengaku sangat
senang dan bersyukur. “Semua ini tidak lepas
dari dukungan dan doa dari orang tua, keluarga dan sahabat,” tambah mahasiswa yang mengaku
gemar menyanyi tersebut.
Selama menjadi mahasiswa, Lina hanya memfokuskan
pada kuliah dan ikut aktif
dalam kegiatan organisasi di prodi PG-PAUD.
Selain aktif di DLM, ia juga sempat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diprogramkan
oleh Unesa, seperti pelatihan PKM dan seleksi mawapres tingkat
fakultas. Pengalaman mengajar pun sudah ia miliki
karena sering membantu di TK tempat ibunya mengajar.
“Setiap hari Sabtu saya ikut mengajar
di TK tempat ibu saya mengajar. Selain untuk membantu Beliau, saya juga ingin
mencari pengalaman dan belajar pada orang-orang hebat yang sudah berkecimpung
dalam dunia kePAUDan sejak lama,” ungkap mahasiswa yang
bercita-cita ingin menjadi dosen itu.
Setelah lulus, Lina ingin melanjutkan S2
sambil mengajar dan berwirausaha. Keinginan tersebut ia
barengi dengan tekad optimis untuk berusaha dan berdoa agar bisa bermanfaat bagi
orang lain, khususnya untuk mencerdaskan anak bangsa. “Berikan yang terbaik
apapun yang bisa kamu berikan untuk Unesa,” ucapnya mantap.
Prestasi
Lina tersebut
mendapat tanggapan positif dari dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Drs. I Nyoman
Sudarka, M.S.
Menurut dosen kelahiran Denpasar itu, setiap prodi pasti memiliki mahasiswa
berprestasi. Semakin ia berprestasi, semangatnya pun ikut terpacu.
“Prestasi tidak berasal dari satu dosen saja, tapi semua
dosen. Ini karena anaknya sudah menonjol dan mencintai dunia kePAUDan. Walaupun
Lina berasal dari kampus mandiri PG-PAUD yang notabene terpisah dari kampus
utama, persoalan jarak sama sekali tidak mempengaruhi. Semua itu murni dari
kemauan sang anak,” ujarnya.
Untuk wisuda ke-79 ini, FIP kembali menjadi fakultas
dengan jumlah wisudawan tertinggi, yaitu 368 wisudawan. Sejak tahun 2011 lalu,
FIP selalu menjadi pemuncak dari fakultas-fakultas lain. Bagi I Nyoman, makin
tinggi jumlah wisudawan maka makin produktif fakultasnya. “Kualitas dijaga,
kuantitas dipacu,” tegas dekan 62 tahun itu (San).
No comments:
Post a Comment