Background

Friday, March 7, 2014

Drs. Heru Siswanto, M. Si.

Menyabet Satyalancana Kebaktian Sosial Berkat DDS 100 Kali

Tidak pernah terbayangkan di benaknya bahwa rutinitas tiap tiga bulan sekali itu akan mendapat tanggapan positif. Setelah menjalaninya sampai 100 kali, ia pun mendapatkan penghargaan. Padahal, ia tidak pernah berniat untuk menuju angka 100. Bahkan untuk menghitungnya pun tidak pernah terpikirkan. Baginya, semua itu ia lakukan secara sukarela untuk menolong sesama. Tidak aneh bila Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan tanda kehormatan Satyalancana Kebaktian Sosial pada pelaku Donor Darah Sukarela satu ini.

Saat ditemui di ruang dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP, Senin (20/01/2014), Pak Heru, begitu sapaannya, tampak begitu berapi-api membicarakan masalah ketahanan nasional. Ketahanan nasional yang merupakan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala ancaman sejatinya tidak bisa terlepas dari peran generasi muda.
“Melihat berbagai tantangan tersebut, seluruh elemen bangsa memiliki peranan vital di masing-masing bidangnya. Namun, pemuda yang memiliki batasan produktif dalam berkarya, memiliki posisi yang penting. Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa,” ujarnya menggebu-gebu.

DDS: Drs. Heru Siswanto, M. Si. saat ditemui di ruang dosen jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
Masih dengan bersemangat, pengampu mata kuliah Kewarganegaraan itu begitu memprioritaskan mahasiswa sebagai motor perubahan bangsa. Ia berharap mahasiswa dapat terjun langsung di masyarakat. Pengabdian itu memberikan kontribusi yang bisa dirasakan oleh masyarakat dengan adanya penerapan ilmu teknologi yang dikembangkan melalui penelitian.
“Yang namanya mahasiswa seyogyanya harus berkuliah. Mereka harus tahu sedang belajar apa, karena kelak mereka bertanggungjawab untuk mengimplementasikannya di masyarakat,” tegas dosen yang juga mengajar di kelas PPG dan PLPG itu.
Berangkat dari gagasan tersebut, Heru berusaha untuk tidak individualitas. Ia ingin belajar untuk mengedepankan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi. Latar belakang pendidikanlah yang memberinya pencerahan akan pentingnya peduli sesama. 
“Saya mengantongi gelar sarjana dari Jurusan FPOK Unesa (sekarang FIK). Namun, saya mendapat mandat untuk mengikuti Kursus Calon Dosen Kewiraan melalui tes 10 hari tentang pengetahuan umum dan mental ideologi di Dephankam. Karena fenomena reformasi, Pendidikan Kewiraan berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Tahun 1994 saya menempuh S2 di Universitas Indonesia Jurusan Kajian Ketahanan Nasional. Karena itu, serdos saya adalah sebagai pengampu bidang ketahanan nasional,” urainya singkat.
Berkat bekal pendidikan yang dimiliki, pria kelahiran Madiun, 8 Februari 1960 itu berupaya untuk mengimplementasikan ilmunya ke masyarakat. Dimulai dari hal-hal kecil, misalnya saja melalui keaktifannya dalam menjadi Donor Darah Sukarela (DDS) bagi mereka yang membutuhkan.
“Donor darah pertama saya adalah pada tahun 1982, waktu itu saya masih duduk di semester tiga. Sekarang saya rutin mendonorkan darah ke PMI setiap tiga bulan sekali. Selain berbagi dengan mereka yang membutuhkan, saya juga bisa mengontrol kesehatan,” ujar pria yang mendonorkan darahnya di PMI Embong Ploso Surabaya tersebut.
Seiring berjalannya waktu, ketercapaian donor darah Heru sudah melampaui angka 100. Mendonorkan darah sebanyak 100 kali berarti telah mengeluarkan lima kali lipat darah yang ada di tubuhnya, tanpa imbalan. Saat ini ia tercatat sebagai pendonor yang sudah melakukan donor darah sebanyak 108 kali. Saat melakukan donor ke-107, Heru mendapat kabar bahwa ia akan mendapatkan penghargaan dari presiden.
“Sungguh tidak mengira bahwa jumlah donor saya akan dihitung. Tapi setelah melihat sebuah pamflet yang menyatakan bahwa pendonor darah 100 kali akan diberi penghargaan oleh presiden, baru saya percaya. Mulai saat itu saya ingin segera bertemu presiden. Ada rasa kebanggaan tersendiri,” ungkap dosen yang juga menerima penghargaan Dwidya Sistha, tanda penghargaan bagi mereka yang telah melaksanakan perannya sebagai instruktur atau pelatih militer selama empat tahun berturut-turut.
Akhirnya pada tanggal 16—18 Desember 2013, Heru beserta rombongan dari 21 PMI se-Jatim berada di Jakarta untuk menerima penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penghargaan itu bernama Satyalancana Kebaktian Sosial pada Para Donor Darah Sukarela 100 Kali Tahun 2013. Acara yang berlangsung di Ruang Puri Agung Hotel Sahid Jaya—Jakarta Pusat itu memberikan penghargaan pada DDS 100 kali di seluruh Indonesia yang jumlahnya mencapai 950 orang. Berdasarkan angka tersebut, Jawa Timur adalah provinsi paling besar yang menyumbang DDS, yaitu mencapai 450 orang. Dari sejumlah kota di Jawa Timur, kota terbanyak DDS adalah Surabaya yang mencapai angka 288 orang.
Pada kesempatan tersebut, para DDS mendapatkan uang sebesar Rp750.000,00 dan seragam batik plus ongkos jahitnya. Seragam batik yang disamakan perprovinsi tersebut dipakai dalam acara “Temu Asih Ketua Umum PMI dengan Donor Darah Sukarela 100 Kali” pada tanggal 16 Desember, lalu dilanjutkan dengan penyematan cincin DDS oleh Ketua Umum PMI, Jussuf Kalla, kepada perwakilan DDS tiap provinsi. Pada cincin seberat empat gram itu ditorehkan tanda plus yang merupakan simbol Palang Merah Indonesia. Sementara itu, penerimaan Satyalancana dilakukan pada tanggal 18 Desember.

TANDA PENGHARGAAN: Inilah cincin DDS bertorehkan tanda plus yang merupakan lambang Palang Merah Indonesia.

Menanggapi sejumlah penghargaan yang telah diperolehnya, Heru cukup menjadikannya pagar untuk berbuat lebih baik. Ada kalanya berat, ada kalanya tidak. Berat karena harus memikul tanggungjawab, ringan karena dirinya tidak meminta untuk dihargai.
“Dalam menjalani hidup, saya memiliki empat pedoman: meyakini apa yang diimani, bersyukur, berdoa, dan berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat lebih baik. Dengan begitu, saya dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatan saya di hadapan Tuhan,” pungkas dosen yang tinggal di Perum Griya Japan Raya Mojokerto itu (San)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

No comments:

Post a Comment