Semua untuk Klub
Hanya
dalam 7 semester, Adhik Octa Prihatini, begitu namanya, berhasil menyelesaikan
skripsinya yang berjudul “Evaluasi Kondisi Fisik Atlet Ikatan Pencak Silat
Indonesia Cabang Bojonegoro”. Mahasiswi dari jurusan Pendidikan Kepelatihan
Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan itu berhasil meraih ipk tertinggi sebesar
3,59. Mahasiswi yang sehari-harinya dipanggil Octa itu mengaku memilih judul
tersebut karena pencak silat merupakan salah satu olahraga budaya asli bangsa
Indonesia. Di Bojonegoro, pencak silat merupakan salah satu cabang olahraga
yang diperhitungkan selain panahan dan sepakbola karena turut menyumbang medali
dalam berbagai even, baik level Jatim maupun Nasional. Untuk itulah, perlu kiranya
mengevaluasi kondisi fisik atlet IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia ) Cabang
Bojonegoro, khususnya atlet kategori tanding putra remaja.
“Saya
mengambil 5 komponen yang berpengaruh dalam pencak silat kategori tanding yaitu
kelentukan, kerja otot tungkai, kekuatan otot lengan, kelincahan, dan daya
tahan. Teknik pengumpulan datanya menggunakan tes dan pengukuran,” ungkap
mahasiswa yang memiliki hobi renang, travelling,
dan bermain video games tersebut.
Saat
ditanya apakah ia akan menindaklanjuti skripsinya tersebut, mahasiswa yang
tinggal di Jalan MT. Haryono nomor 146 Bojonegoro itu menjawab mantap. Ternyata
Octa mempunyai rencana untuk memberikan hasil penelitiannya pada klub IPSI dan
PBVSI Cabang Bojonegoro yang aktif ia ikuti.
“Hasil
penelitian dapat menjadi bahan acuan penyempurnaan dalam pembuatan dan
pelaksanaan program latihan. Saya juga memberikan hasil penelitian tersebut
untuk sub-sub ranting di sekitar klub sebagai bahan pertimbangan dalam membuat
program latihan dan kami juga melakukan diskusi, bagaimana tes pengukuran
menjadi sangat penting dalam rangka mencapai prestasi yang maksimal,” terang
mahasiswa yang sangat membenci narkoba tersebut.
Saat
dikabarkan menjadi mahasiswa dengan peraih IPK tertinggi, Octa mengaku senang
dan bangga. Terlebih ia dapat membuktikan bahwa apabila kita mempunyai target
dan mau memperjuangkannya, kita pasti bisa meraihnya. “Semua rasa senang dan
bangga ini tidak lebih untuk membanggakan kedua orang tua saya,” tambah
mahasiswa kelahiran Ngawi, 17 Oktober 1990 tersebut.
Tak
diragukan lagi, sederet prestasi berhasil disabet Octa selama di bangku sekolah
dulu. Ia pernah menyabet juara I ganda putri POMDA tahun 2009, juara II
invitasi pencak silat antarpelajar Universitas Gajayana Malang tahun 2008,
juara III tunggal putri olimpiade olahraga siswa nasional tingkat provinsi
tahun 2008, juara III kelas B putrid
pekan olahraga pelajar SMA tahun 2007, mengikuti
pelatihan senam kebugaran jasmani
Indonesia tahun 2012, peserta pelatihan wasit
bola voli putri indoor tingkat daerah tahun 2012, serta Participant on International Conference on Sport Industry tahun
2011. Ke depannya, ia bercita-cita ingin menjadi pelatih yang sukses.
“Sukses
disini bukan berkenaan dengan materi, tapi sukses dalam arti saya dapat membagi
ilmu dan pengalaman sehingga dapat menciptakan atlet-atlet berprestasi yang
tentu tidak hanya baik dalam hal teknik dan taktik tapi juga berkarakter. Saya
belum tahu berapa % saya berada, namun saya membangunnya sekarang dari hal yang
terkecil,” aku Octa.
Kepada
mahasiswa Unesa Octa berpesan untuk lebih berprestasi.
“Seorang
mahasiswa harus punya target, untuk apa dia kuliah, kapan dia menyelesaikan
kuliahnya, dan menjadi apa setelah kuliah. Jangan bosan-bosan bertanya ketika
belum mengerti, dan satu hal yang paling penting “musuh terbesar kita adalah
diri sendiri”. Kesuksesan tidak akan pernah beriringan dengan kata malas.
Lakukan apa yang bisa kita lakukan sekarang, karena waktu
hanya berjalan sekali,” ujar mahasiswa yang juga ingin mengajar tersebut (San).
woooww mbak okta keren yaa nilai nya baguss, pake pencak silat yang di usung jadi skripsweetnya, hihihi :D
ReplyDelete