Background

Friday, July 13, 2012

Geliat Ranunesa di Malam Hari: Mengintip Pemuda-pemudi yang Sedang Kasmaran


Laporan Oleh: Fauziah Arsanti*

Di kota besar sekelas Surabaya yang padat dan cenderung sibuk, Universitas Negeri Surabaya mampu membangun kampusnya menjadi wahana edukasi sekaligus konservasi. Belum lama dibangun, Danau Ranunesa telah menjadi primadona di kalangan mahasiswa, dosen, civitas akademika, dan masyarakat sekitar. Kampus Unesa Ketintang yang selalu buka 24 jam membuat Ranunesa dapat disinggahi kapan saja.

 Suasana danau di siang hari.

Suasana danau di malam hari.

T
erhitung sejak peresmiannya bulan lalu, Danau Ranunesa telah berhasil menarik pengunjung baik dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat sekitar. Lokasinya yang strategis membuat Ranunesa menjadi pilihan bersantai yang menyenangkan. Di sebelah selatan, Baseball Foodcourt tak henti-hentinya diramaikan oleh pengunjung yang ingin berkuliner ria. Walaupun pembelinya sebagian besar hanyalah mahasiswa, namun jumlah kursi kosong tetap sulit dihitung. Lokasi danau yang ada di Ketintang memberikan akses termudah bagi pengunjung, mengingat kampus Ketintang telah menasbihkan namanya sebagai pusat universitas.

Liburan panjang seperti sekarang ini bukan berarti danau ikut sepi. Di pagi hari, pemuda-pemudi, tua-muda, dan anak-anak terlihat mendatangi danau untuk sekedar jalan-jalan ataupun lari pagi. Mereka memadati sekeliling danau yang telah dibangunkan sebuah area cukup luas. Di sinilah pengunjung dapat memandang luas semua sisi danau untuk menikmati keindahannya. Pihak Unesa telah memberi pagar di sekeliling danau sehingga pengunjung tak perlu takut akan terjatuh. Area paling luas terletak di sisi selatan danau. Di sinilah terpancang semacam tugu bersimbolkan lambang Unesa. Walaupun tidak terlalu tinggi, namun kesan megah menghias tiap sisi bangunnya. Mungkin secara implisit, inilah simbol keagungan danau, atau mungkin juga sebuah tanda selamat datang bagi penikmat Ranunesa. Di sekeliling tugu, terhamparlah sebuah taman yang memesona pandangan, lengkap dengan bangku taman dan rerumputan menghijau. Pepohonan memang ada, walaupun sebenarnya tidak pantas disebut pohon karena tumbuhnya masih kecil mengingat penanamannya belum lama dilakukan. Taman yang didesain secara apik ini cocok bagi mereka yang ingin melepas lelah sehabis berolahraga atau untuk sekedar duduk-duduk saja.

Namun sayangnya, hiruk-pikuk ini tidak berlanjut sesudahnya. Semakin beranjak siang, jumlah pengunjung malah semakin berkurang. Menurut pengakuan seorang mahasiswa, cuaca danau di siang hari tidak sesejuk di pagi hari. Bagaimana tidak, pepohonan masih jarang jumlahnya, itupun hanya ada di barisan sebelah timur danau. Walaupun begitu, ini tetap tidak memberikan sumbangan berarti, karena teriknya matahari lebih mampu mengalirkan hawa menyengat ke setiap sudut danau. Alhasil, Ranunesa di siang hari layaknya danau mati.

Lalu bagaimana dengan malam hari, apakah sesunyi di siang hari? Jawabannya tidak. Ranunesa tak ubahnya sebuah alun-alun yang sedang ramai-ramainya menggarap pasar malam. Cahaya merah dari lampu taman menyoroti tiap sudut danau yang disinggahi pengunjung dengan berbagai aktivitasnya. Segerombolan pemuda sering tampak berlalu lalang, memadati bangku-bangku taman untuk nongkrong sampai tengah malam. Tak ketinggalan pula anak-anak kecil berlarian kesana-kemari, meninggalkan jejak-jejak keceriaan setelah bermain dan bercanda bersama kawan. Sebagian tidak datang sendiri. Mereka datang bersama orang tuanya untuk melakukan wisata keluarga yang harmonis. Tak ada kinciran, kereta mini, atau mobil-mobilan. Tak ada pula komedi putar ataupun layar tancap. Entahlah apa sebabnya, namun Ranunesa tetap menjadi primadona.

 MALU-MALU: Sepasang kekasih sedang menikmati indahnya Ranunesa di malam hari.

          Ada satu ulah pengunjung yang paling membekas di pandangan. Mereka adalah pemuda-pemudi yang sedang berdua-duaan, kebanyakan terlihat di bangku-bangku taman dan di tepi-tepi danau. Sesekali mereka tertawa bersama, bermanja-manja, lalu pergi dengan bergandengan tangan. Entah apa yang mereka lakukan, namun orang awam pasti menebak bahwa mereka adalah pasangan yang sedang dimabuk cinta. Menurut salah satu petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk Unesa, pemandangan seperti itu sudah biasa terjadi. Petugas tidak melarang jika ada mahasiswa atau penduduk sekitar yang pacaran di danau, namun mereka tetap diminta untuk menjaga etika dan sopan santun saat berada di wilayah kampus. Walaupun begitu, setiap malam petugas selalu mengadakan patroli keliling untuk berjaga-jaga akan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Jika ketahuan ada yang pacaran kelewat batas, maka petugas tidak segan-segan mengambil tindakan tegas.

*Fauziah Arsanti,
Mahasiswa semester empat
di jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia,
Universitas Negeri Surabaya.
e-mail: salam.vauziya@gmail.com.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

5 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. san, hahahaha padahal kos ku blakangnya masjid, tiap malam denger suara masjid ngobrak abrik danau

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. OK, Jurusan Bahasa dan sastra indonesia angkatan brapa sista?


    tukeran link ya..
    http://kereta-sains.blogspot.com/

    ReplyDelete