Laporan Oleh: Fauziah Arsanti*
Di kota besar sekelas Surabaya yang padat dan cenderung sibuk, Universitas Negeri Surabaya mampu membangun kampusnya menjadi wahana edukasi sekaligus konservasi. Belum lama dibangun, Danau Ranunesa telah menjadi primadona di kalangan mahasiswa, dosen, civitas akademika, dan masyarakat sekitar. Kampus Unesa Ketintang yang selalu buka 24 jam membuat Ranunesa dapat disinggahi kapan saja.
Suasana danau di siang hari.
Suasana danau di malam hari.
T
|
erhitung sejak peresmiannya bulan lalu, Danau
Ranunesa telah berhasil menarik pengunjung baik dari kalangan mahasiswa maupun
masyarakat sekitar. Lokasinya yang strategis membuat Ranunesa menjadi pilihan
bersantai yang menyenangkan. Di sebelah selatan, Baseball Foodcourt tak henti-hentinya diramaikan oleh pengunjung
yang ingin berkuliner ria. Walaupun pembelinya sebagian besar hanyalah
mahasiswa, namun jumlah kursi kosong tetap sulit dihitung. Lokasi danau yang
ada di Ketintang memberikan akses termudah bagi pengunjung, mengingat kampus
Ketintang telah menasbihkan namanya sebagai pusat universitas.
Liburan panjang seperti sekarang ini bukan berarti
danau ikut sepi. Di pagi hari, pemuda-pemudi, tua-muda, dan anak-anak terlihat
mendatangi danau untuk sekedar jalan-jalan ataupun lari pagi. Mereka memadati
sekeliling danau yang telah dibangunkan sebuah area cukup luas. Di sinilah
pengunjung dapat memandang luas semua sisi danau untuk menikmati keindahannya.
Pihak Unesa telah memberi pagar di sekeliling danau sehingga pengunjung tak
perlu takut akan terjatuh. Area paling luas terletak di sisi selatan danau. Di
sinilah terpancang semacam tugu bersimbolkan lambang Unesa. Walaupun tidak terlalu tinggi, namun kesan megah
menghias tiap sisi bangunnya. Mungkin secara implisit, inilah simbol keagungan
danau, atau mungkin juga sebuah tanda selamat datang bagi penikmat Ranunesa. Di
sekeliling tugu, terhamparlah sebuah taman yang memesona pandangan, lengkap
dengan bangku taman dan rerumputan menghijau. Pepohonan memang ada, walaupun
sebenarnya tidak pantas disebut pohon karena tumbuhnya masih kecil mengingat
penanamannya belum lama dilakukan. Taman yang didesain secara apik ini cocok
bagi mereka yang ingin melepas lelah sehabis berolahraga atau untuk sekedar
duduk-duduk saja.
Namun sayangnya, hiruk-pikuk ini tidak berlanjut
sesudahnya. Semakin beranjak siang, jumlah pengunjung malah semakin berkurang.
Menurut pengakuan seorang mahasiswa, cuaca danau di siang hari tidak sesejuk di
pagi hari. Bagaimana tidak, pepohonan masih jarang jumlahnya, itupun hanya ada
di barisan sebelah timur danau. Walaupun begitu, ini tetap tidak memberikan
sumbangan berarti, karena teriknya matahari lebih mampu mengalirkan hawa
menyengat ke setiap sudut danau. Alhasil, Ranunesa di siang hari layaknya danau
mati.
Lalu bagaimana dengan malam hari, apakah sesunyi di
siang hari? Jawabannya tidak. Ranunesa tak ubahnya sebuah alun-alun yang sedang
ramai-ramainya menggarap pasar malam. Cahaya merah dari lampu taman menyoroti
tiap sudut danau yang disinggahi pengunjung dengan berbagai aktivitasnya.
Segerombolan pemuda sering tampak berlalu lalang, memadati bangku-bangku taman
untuk nongkrong sampai tengah malam. Tak
ketinggalan pula anak-anak kecil berlarian kesana-kemari, meninggalkan
jejak-jejak keceriaan setelah bermain dan bercanda bersama kawan. Sebagian
tidak datang sendiri. Mereka datang bersama orang tuanya untuk melakukan wisata
keluarga yang harmonis. Tak ada kinciran, kereta mini, atau mobil-mobilan. Tak
ada pula komedi putar ataupun layar tancap. Entahlah apa sebabnya, namun
Ranunesa tetap menjadi primadona.
MALU-MALU:
Sepasang kekasih sedang menikmati indahnya Ranunesa di malam hari.
Ada satu ulah pengunjung yang paling membekas di
pandangan. Mereka adalah pemuda-pemudi yang sedang berdua-duaan, kebanyakan
terlihat di bangku-bangku taman dan di tepi-tepi danau. Sesekali mereka tertawa
bersama, bermanja-manja, lalu pergi dengan bergandengan tangan. Entah apa yang
mereka lakukan, namun orang awam pasti menebak bahwa mereka adalah pasangan
yang sedang dimabuk cinta. Menurut salah satu petugas keamanan yang berjaga di
pintu masuk Unesa, pemandangan seperti itu sudah biasa terjadi. Petugas tidak
melarang jika ada mahasiswa atau penduduk sekitar yang pacaran di danau, namun
mereka tetap diminta untuk menjaga etika dan sopan santun saat berada di
wilayah kampus. Walaupun begitu, setiap malam petugas selalu mengadakan patroli
keliling untuk berjaga-jaga akan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Jika
ketahuan ada yang pacaran kelewat batas, maka petugas tidak segan-segan
mengambil tindakan tegas.
*Fauziah Arsanti,
Mahasiswa semester empat
di jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia,
Universitas Negeri Surabaya.
e-mail: salam.vauziya@gmail.com.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletetulisannya keren sista.. :)
ReplyDeletesan, hahahaha padahal kos ku blakangnya masjid, tiap malam denger suara masjid ngobrak abrik danau
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteOK, Jurusan Bahasa dan sastra indonesia angkatan brapa sista?
ReplyDeletetukeran link ya..
http://kereta-sains.blogspot.com/