Background

Friday, July 13, 2012

Asyiknya Berkenalan dengan Sastrawan: Menjadi Pecatur Handal yang Serba Tahu

Laporan Oleh: Fauziah Arsanti
Mahasiswa Semester Lima di Universitas Negeri Surabaya

Siapa yang tidak mengenal catur. Permainan satu ini memiliki penggemar yang tidak sedikit jumlahnya. Permainan yang menomorsatukan strategi dan analisa ini cocok diterapkan sebagai media pembelajaran karena sifatnya yang mengasah otak. Dipadukan dengan judul novel dari berbagai angkatan, catur akan menjadi sarana belajar sekaligus hiburan yang menyenangkan.

SERIUS: Dua siswa sedang memainkan “Novel dalam Catur” layaknya pecatur profesional.

Dengan standard kompetensi memahami novel dari berbagai angkatan, media yang diberi nama “Novel dalam Catur” ini cocok diterapkan dalam pembelajaran sastra. Dipadukan dengan kompetensi dasar mengidentifikasi kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an, maka dibuatlah sebuah strategi yang mampu menarik perhatian siswa. Alhasil, catur pun disulap menjadi media pembelajaran.

Pembelajaran sastra di sekolah sampai saat ini masih kurang optimal. Siswa banyak yang kurang mengenal karya sastra, terutama novel. Mereka sebagian besar tidak mengetahui siapa pengarang dari novel tersebut. Salah satu penyebabnya adalah guru jarang memperkenalkan sastrawan Indonesia kepada siswa. Padahal, biodata dan karya sastrawan Indonesia merupakan pengetahuan sastra yang harus dimiliki siswa di tiap jenjang pendidikan di sekolah. Selain itu, media yang digunakan guru untuk menarik minat siswa agar mau mengenal novel juga kurang nggreget. Adakalanya guru hanya memakai media verbal sehingga membuat siswa bermasalah dengan daya ingatnya. Untuk itulah, media catur ini diperkenalkan kepada siswa dalam kegiatan mengenal novel. Media ini tidak hanya melihat novel dari segi pengarangnya saja, namun juga melihatnya sebagai produk sosial-budaya-kemasyarakatan. Selain belajar novel, siswa diajak belajar tentang konteks sejarah dan ideologi yang ada pada sebuah novel.

Alokasi waktu yang tertuang dalam tulisan ini dirancang dua kali pertemuan (4 x 40 menit), karena antara bermain dan mengenal tidak dapat dilakukan serempak. Secara rinci, rangkaian kegiatan pembelajaran dengan media catur ini adalah sebagai berikut.

Pengantar (5 menit) digunakan untuk mengapersepsi, memotivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Penghubung (10 menit) dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi awal dan pemodelan dengan menunjukkan papan catur yang telah ditulisi berbagai judul novel dari berbagai angkatan.

         Aplikasi (50 menit) digunakan untuk kegiatan utama. Pada pertemuan ini guru mengorganisasikan siswa menjadi delapan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima anak. Guru kemudian menyuruh dua siswa yang bisa bermain catur untuk maju ke depan kelas dan meminta memainkannya sesuai aturan. Setiap kotak catur bertuliskan satu judul novel. Kemanapun kedua pemain berjalan, maka bidak catur akan menunjuk pada satu judul novel. Dimisalkan saja pemain A menjalankan bidak menteri dan menunjuk novel ”Siti Nurbaya”. Pemain B menjalankan bidak kuda dan menunjuk novel ”Tak Putus Dirundung Malang.” Guru menyuruh kelompok pertama untuk menjawab pengarang dari novel ”Siti Nurbaya” tersebut. Kelompok kedua menjawab pengarang dari novel ”Tak Putus Dirundung Malang.” Jika bidak menteri sudah berpindah sementara kelompok pertama tidak mampu menjawab siapa pengarangnya, maka pertanyaan dialihkan ke kelompok ketiga. Jika bidak kuda sudah berpindah sementara kelompok kedua tidak mampu menjawab siapa pengarangnya, maka pertanyaan dialihkan ke kelompok keempat. Begitu seterusnya, sampai pengarang novel bisa terjawab.

         Penguatan (5 menit): pada tahap ini guru memberikan penguatan dan informasi yang bermanfaat untuk menyempurnakan belajar siswa. Guru juga memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling banyak menjawab benar. Refleksi (5 menit) digunakan untuk mengambil umpan balik kegiatan pembelajaran. Tindak lanjut (5 menit): digunakan untuk memberikan kegiatan mandiri tidak terstruktur kepada masing-masing kelompok untuk mencari informasi tentang profil pengarang novel yang tidak bisa ditebak, serta mendeskripsikan sejarah dan ideologi novel yang ia tulis. Informasi dapat diperoleh dari buku teks, internet, perpustakaan, atau sumber-sumber terpercaya lain. Hasil penugasan ini digunakan untuk melihat perkembangan kemampuan siswa dan dapat digunakan sebagai bagian portofolio.

        Pada pertemuan kedua guru memberikan pengantar (5 menit) untuk kembali memotivasi siswa. Penghubung (10 menit): dimanfaatkan oleh guru dan siswa untuk bertanya jawab tentang tugas rumah mencari profil pengarang novel, serta mendeskripsikan sejarah dan ideologi novel yang ia tulis.

Aplikasi (50 menit) digunakan untuk kegiatan utama. Pada pertemuan ini guru mengecek kelengkapan tugas masing-masing kelompok dan memberi mereka kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Kelompok lain boleh memberi pertanyaan, sanggahan, atau saran yang membangun.

Penguatan (5 menit): guru bersama peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran serta memberikan penguatan informasi yang bermanfaat untuk menyempurnakan belajar siswa. Refleksi (10 menit) digunakan untuk melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, serta memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Setelah melalui tahap pembelajaran di depan, diharapkan siswa dapat bertambah pengetahuannya tentang nama sastrawan Indonesia dan karya-karya yang mereka hasilkan. Siswa juga memiliki dokumen pribadi berisi profil sastrawan yang namanya belum pernah mereka dengar sebelumnya. Media catur ini tidak hanya berguna untuk pembelajaran hari ini saja, namun siswa dapat kembali memainkannya untuk sekedar mengisi waktu luang atau penghilang stres. Jika media catur ini terbukti efektif di lapangan dalam jangka waktu yang lama, maka guru dapat mengkreasikannya dengan kompetensi dasar lain untuk membantu daya ingat siswa. Dengan begitu, dimanapun bidak catur berhenti, dan apapun topiknya, siswa tidak akan menyadari bahwa perlahan-lahan mereka akan hafal. Seperti pepatah mengatakan, tahu karena terbiasa.

Penulis masih memiliki banyak media kreatif  yang dapat diterapkan pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Bagi Anda yang ingin bertanya, memberi saran, atau sharing pengetahuan, silakan kirimkan ke email penulis di salam.vauziya@gmail.com. Semoga bisa membantu dunia pendidikan kita saat ini.

Templet Praktik yang Baik
Judul Praktik yang Baik
Asyiknya Berkenalan dengan Sastrawan: Menjadi Pecatur Handal yang Serba Tahu
Lokasi/alamat pelaksanaan praktik yang baik
Kelas Percobaan Mandiri
Tingkat praktik yang baik
SMP/MTs
Lingkup praktik yang baik
Kelas Percobaan Mandiri
Masalah-mengapa praktik yang baik ini dianggap penting/latar belakang. Praktik ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah apa?
Pembelajaran sastra di sekolah sampai saat ini masih kurang optimal. Siswa banyak yang kurang mengenal karya sastra, terutama novel. Mereka sebagian besar tidak mengetahui siapa pengarang dari novel tersebut. Selain itu, media yang digunakan guru untuk menarik minat siswa agar mau mengenal novel juga kurang nggreget. Adakalanya guru hanya memakai media verbal sehingga membuat siswa bermasalah dengan daya ingatnya.
Tujuan praktik yang baik
Untuk menambah pengetahuan siswa tentang nama sastrawan Indonesia dan karya-karya yang mereka hasilkan.
Penjelasan: strategi, proses/langkah kegiatan/sumber atau materi yang dibutuhkan
Pertemuan Pertama:
1.      Guru mengapersepsi, memotivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.      Guru menyampaikan informasi awal dan pemodelan dengan menunjukkan papan catur yang telah ditulisi berbagai judul novel dari berbagai angkatan.
3.      Guru mengorganisasikan siswa menjadi delapan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima anak.
4.      Guru menyuruh dua siswa yang bisa bermain catur untuk maju ke depan kelas.
5.      Guru meminta dua siswa tersebut untuk memainkan catur sesuai aturannya.
6.      Setiap kotak catur bertuliskan satu judul novel. Kemanapun kedua pemain berjalan, maka bidak catur akan menunjuk pada satu judul novel. Dimisalkan saja pemain A menjalankan bidak menteri dan menunjuk novel ”Siti Nurbaya”. Pemain B menjalankan bidak kuda dan menunjuk novel ”Tak Putus Dirundung Malang.”
7.      Guru menyuruh kelompok pertama untuk menjawab pengarang dari novel ”Siti Nurbaya” tersebut. Kelompok kedua menjawab pengarang dari novel ”Tak Putus Dirundung Malang.”
8.      Jika bidak menteri sudah berpindah sementara kelompok pertama tidak mampu menjawab siapa pengarangnya, maka pertanyaan dialihkan ke kelompok ketiga. Jika bidak kuda sudah berpindah sementara kelompok kedua tidak mampu menjawab siapa pengarangnya, maka pertanyaan dialihkan ke kelompok keempat. Begitu seterusnya, sampai pengarang novel bisa terjawab.
9.      Guru memberikan penguatan dan informasi yang bermanfaat untuk menyempurnakan belajar siswa. Guru juga memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling banyak menjawab benar.
10.  Guru memberikan umpan balik kegiatan pembelajaran.
11.  Guru memberikan kegiatan mandiri tidak terstruktur kepada masing-masing kelompok untuk mencari informasi tentang profil pengarang novel yang tidak bisa ditebak, serta mendeskripsikan sejarah dan ideologi novel yang ia tulis.
Pertemuan Kedua:
1.      Guru kembali memotivasi siswa.
2.      Guru dan siswa untuk bertanya jawab tentang tugas rumah mencari profil pengarang novel, serta mendeskripsikan sejarah dan ideologi novel yang ia tulis.
3.      Guru menyuruh siswa untuk berkelompok seperti hari sebelumnya.
4.      Guru mengecek kelengkapan tugas masing-masing kelompok dalam mencari informasi tentang profil pengarang novel yang tidak bisa ditebak, serta mendeskripsikan sejarah dan ideologi novel yang ia tulis.
5.      Masing-masing kelompok diminta untuk presentasi di depan kelas. Kelompok lain boleh memberi pertanyaan, sanggahan, atau saran yang membangun.
6.      Guru bersama peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran serta memberikan penguatan informasi yang bermanfaat untuk menyempurnakan belajar siswa.
7.      Guru melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, serta memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Hasil dan dampak praktik yang baik
Siswa dapat bertambah pengetahuannya tentang nama sastrawan Indonesia dan karya-karya yang mereka hasilkan. Siswa juga memiliki dokumen pribadi berisi profil sastrawan yang namanya belum pernah mereka dengar sebelumnya. Jika media catur ini terbukti efektif di lapangan dalam jangka waktu yang lama, maka guru dapat mengkreasikannya dengan kompetensi dasar lain untuk membantu daya ingat siswa. Dengan begitu, dimanapun bidak catur berhenti, dan apapun topiknya, siswa tidak akan menyadari bahwa perlahan-lahan mereka akan hafal.
Informasi penulis (pelaku) – nama, alamat, nomor HP, alamat email
Fauziah Arsanti, Jalan Raya Lidah Wetan 35 Kec. Lakar Santri Surabaya, 085645543890, salam.vauziya@gmail.com.
Penulis adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya (Kelas PB 2010/102074051).

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

No comments:

Post a Comment