Laporan Oleh: Fauziah Arsanti
Mahasiswa Semester Lima di Universitas Negeri Surabaya
Siapa yang tidak
mengenal catur. Permainan satu ini memiliki penggemar yang tidak sedikit
jumlahnya. Permainan yang menomorsatukan strategi dan analisa ini cocok
diterapkan sebagai media pembelajaran karena sifatnya yang mengasah otak.
Dipadukan dengan judul novel dari berbagai angkatan, catur akan menjadi sarana
belajar sekaligus hiburan yang menyenangkan.
SERIUS: Dua siswa sedang memainkan “Novel dalam Catur” layaknya
pecatur profesional.
Dengan standard kompetensi
memahami novel dari berbagai angkatan, media yang diberi nama “Novel dalam
Catur” ini cocok diterapkan dalam pembelajaran sastra. Dipadukan dengan
kompetensi dasar mengidentifikasi
kebiasaan, adat, dan etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an,
maka dibuatlah sebuah strategi yang mampu menarik perhatian siswa. Alhasil,
catur pun disulap menjadi media pembelajaran.
Pembelajaran sastra di sekolah sampai saat ini masih
kurang optimal. Siswa banyak yang kurang mengenal karya sastra, terutama novel.
Mereka sebagian besar tidak mengetahui siapa pengarang dari novel tersebut. Salah
satu penyebabnya adalah guru jarang memperkenalkan sastrawan Indonesia kepada
siswa. Padahal, biodata dan karya sastrawan Indonesia merupakan pengetahuan
sastra yang harus dimiliki siswa di tiap jenjang pendidikan di sekolah. Selain
itu, media yang digunakan guru untuk menarik minat siswa agar mau mengenal
novel juga kurang nggreget. Adakalanya
guru hanya memakai media verbal sehingga membuat siswa bermasalah dengan daya
ingatnya. Untuk itulah, media catur ini diperkenalkan kepada siswa dalam
kegiatan mengenal novel. Media ini tidak hanya melihat novel dari segi
pengarangnya saja, namun juga melihatnya sebagai produk
sosial-budaya-kemasyarakatan. Selain belajar novel, siswa diajak belajar tentang
konteks sejarah dan ideologi yang ada pada sebuah novel.
Alokasi waktu yang tertuang dalam tulisan ini dirancang
dua kali pertemuan (4 x 40 menit), karena antara bermain
dan mengenal tidak dapat dilakukan serempak. Secara rinci, rangkaian kegiatan pembelajaran
dengan media catur ini adalah sebagai berikut.
Pengantar (5 menit) digunakan untuk mengapersepsi,
memotivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Penghubung (10 menit)
dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi awal dan pemodelan dengan menunjukkan
papan catur yang telah ditulisi berbagai judul novel dari berbagai angkatan.
Aplikasi (50 menit) digunakan untuk kegiatan utama. Pada pertemuan ini guru
mengorganisasikan siswa menjadi delapan kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari lima anak. Guru kemudian menyuruh dua siswa yang bisa bermain
catur untuk maju ke depan kelas dan meminta memainkannya sesuai aturan. Setiap
kotak catur bertuliskan satu judul novel. Kemanapun kedua pemain berjalan, maka
bidak catur akan menunjuk pada satu judul novel. Dimisalkan saja pemain A
menjalankan bidak menteri dan menunjuk novel ”Siti Nurbaya”. Pemain B
menjalankan bidak kuda dan menunjuk novel ”Tak Putus Dirundung Malang.” Guru
menyuruh kelompok pertama untuk menjawab pengarang dari novel ”Siti Nurbaya”
tersebut. Kelompok kedua menjawab pengarang dari novel ”Tak Putus Dirundung
Malang.” Jika bidak menteri sudah berpindah sementara kelompok pertama tidak mampu
menjawab siapa pengarangnya, maka pertanyaan dialihkan ke kelompok ketiga. Jika
bidak kuda sudah berpindah sementara kelompok kedua tidak mampu menjawab siapa
pengarangnya, maka pertanyaan dialihkan ke kelompok keempat. Begitu seterusnya,
sampai pengarang novel bisa terjawab.
Penguatan (5 menit): pada tahap ini guru memberikan penguatan dan informasi
yang bermanfaat untuk menyempurnakan belajar siswa. Guru juga memberikan
penghargaan kepada kelompok yang paling banyak menjawab benar. Refleksi (5
menit) digunakan untuk mengambil umpan balik kegiatan pembelajaran. Tindak
lanjut (5 menit): digunakan untuk memberikan kegiatan mandiri tidak terstruktur
kepada masing-masing kelompok untuk mencari informasi tentang profil pengarang
novel yang tidak bisa ditebak, serta mendeskripsikan sejarah dan ideologi novel
yang ia tulis. Informasi dapat diperoleh dari buku teks, internet,
perpustakaan, atau sumber-sumber terpercaya lain. Hasil penugasan ini digunakan
untuk melihat perkembangan kemampuan siswa dan dapat digunakan sebagai bagian
portofolio.
Pada pertemuan kedua guru memberikan pengantar (5 menit) untuk kembali
memotivasi siswa. Penghubung (10 menit): dimanfaatkan oleh guru dan siswa untuk
bertanya jawab tentang tugas rumah mencari profil pengarang novel, serta
mendeskripsikan sejarah dan ideologi novel yang ia tulis.
Aplikasi (50 menit) digunakan untuk kegiatan utama. Pada
pertemuan ini guru mengecek kelengkapan tugas masing-masing kelompok dan
memberi mereka kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Kelompok lain boleh
memberi pertanyaan, sanggahan, atau saran yang membangun.
Penguatan (5 menit): guru bersama peserta didik dan/atau
sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran serta memberikan penguatan informasi
yang bermanfaat untuk menyempurnakan belajar siswa. Refleksi (10 menit)
digunakan untuk melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, serta memberikan umpan
balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Setelah melalui tahap pembelajaran di depan, diharapkan
siswa dapat bertambah pengetahuannya tentang nama sastrawan Indonesia dan
karya-karya yang mereka hasilkan. Siswa juga memiliki dokumen pribadi berisi
profil sastrawan yang namanya belum pernah mereka dengar sebelumnya. Media
catur ini tidak hanya berguna untuk pembelajaran hari ini saja, namun siswa
dapat kembali memainkannya untuk sekedar mengisi waktu luang atau penghilang
stres. Jika media catur ini terbukti efektif di lapangan dalam jangka waktu
yang lama, maka guru dapat mengkreasikannya dengan kompetensi dasar lain untuk
membantu daya ingat siswa. Dengan begitu, dimanapun bidak catur berhenti, dan
apapun topiknya, siswa tidak akan menyadari bahwa perlahan-lahan mereka akan
hafal. Seperti pepatah mengatakan, tahu karena terbiasa.
Penulis masih memiliki banyak media kreatif yang dapat diterapkan pada pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia. Bagi Anda yang ingin bertanya, memberi saran, atau
sharing pengetahuan, silakan kirimkan
ke email penulis di salam.vauziya@gmail.com. Semoga bisa membantu dunia pendidikan kita saat ini.
Templet Praktik yang Baik
Judul Praktik
yang Baik
|
Asyiknya Berkenalan dengan Sastrawan: Menjadi Pecatur
Handal yang Serba Tahu
|
Lokasi/alamat
pelaksanaan praktik yang baik
|
Kelas Percobaan Mandiri
|
Tingkat praktik
yang baik
|
SMP/MTs
|
Lingkup praktik
yang baik
|
Kelas Percobaan Mandiri
|
Masalah-mengapa
praktik yang baik ini dianggap penting/latar belakang. Praktik ini
dilaksanakan untuk mengatasi masalah apa?
|
Pembelajaran sastra di sekolah sampai saat ini masih
kurang optimal. Siswa banyak yang kurang mengenal karya sastra, terutama
novel. Mereka sebagian besar tidak mengetahui siapa pengarang dari novel
tersebut. Selain itu, media yang digunakan guru untuk menarik minat siswa
agar mau mengenal novel juga kurang nggreget.
Adakalanya guru hanya memakai media verbal sehingga membuat siswa bermasalah
dengan daya ingatnya.
|
Tujuan praktik
yang baik
|
Untuk menambah pengetahuan siswa tentang nama sastrawan
Indonesia dan karya-karya yang mereka hasilkan.
|
Penjelasan:
strategi, proses/langkah kegiatan/sumber atau materi yang dibutuhkan
|
Pertemuan Pertama:
1.
Guru mengapersepsi, memotivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Guru menyampaikan informasi awal dan pemodelan dengan menunjukkan papan
catur yang telah ditulisi berbagai judul novel dari berbagai angkatan.
3.
Guru mengorganisasikan siswa menjadi delapan kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari lima anak.
4.
Guru menyuruh dua siswa yang bisa bermain catur untuk maju ke depan
kelas.
5.
Guru meminta dua siswa tersebut untuk memainkan catur sesuai aturannya.
6.
Setiap kotak catur bertuliskan satu judul novel. Kemanapun kedua pemain
berjalan, maka bidak catur akan menunjuk pada satu judul novel. Dimisalkan
saja pemain A menjalankan bidak menteri dan menunjuk novel ”Siti Nurbaya”.
Pemain B menjalankan bidak kuda dan menunjuk novel ”Tak Putus Dirundung
Malang.”
7.
Guru menyuruh kelompok pertama untuk menjawab pengarang dari novel ”Siti
Nurbaya” tersebut. Kelompok kedua menjawab pengarang dari novel ”Tak Putus
Dirundung Malang.”
8.
Jika bidak menteri sudah berpindah sementara kelompok pertama tidak mampu
menjawab siapa pengarangnya, maka pertanyaan dialihkan ke kelompok ketiga.
Jika bidak kuda sudah berpindah sementara kelompok kedua tidak mampu menjawab
siapa pengarangnya, maka pertanyaan dialihkan ke kelompok keempat. Begitu
seterusnya, sampai pengarang novel bisa terjawab.
9.
Guru memberikan penguatan dan informasi yang bermanfaat untuk
menyempurnakan belajar siswa. Guru juga memberikan penghargaan kepada
kelompok yang paling banyak menjawab benar.
10. Guru memberikan umpan balik kegiatan pembelajaran.
11. Guru memberikan kegiatan mandiri tidak terstruktur
kepada masing-masing kelompok untuk mencari informasi tentang profil
pengarang novel yang tidak bisa ditebak, serta mendeskripsikan sejarah dan
ideologi novel yang ia tulis.
Pertemuan Kedua:
1.
Guru kembali memotivasi siswa.
2.
Guru dan siswa untuk bertanya jawab tentang tugas rumah mencari profil
pengarang novel, serta mendeskripsikan sejarah dan ideologi novel yang ia
tulis.
3.
Guru menyuruh siswa untuk berkelompok seperti hari sebelumnya.
4.
Guru mengecek kelengkapan tugas masing-masing kelompok dalam mencari
informasi tentang profil pengarang novel yang tidak bisa ditebak, serta
mendeskripsikan sejarah dan ideologi novel yang ia tulis.
5.
Masing-masing kelompok diminta untuk presentasi di depan kelas. Kelompok
lain boleh memberi pertanyaan, sanggahan, atau saran yang membangun.
6.
Guru bersama peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran
serta memberikan penguatan informasi yang bermanfaat untuk menyempurnakan
belajar siswa.
7.
Guru melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, serta memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran.
|
Hasil dan dampak
praktik yang baik
|
Siswa dapat bertambah pengetahuannya tentang nama
sastrawan Indonesia dan karya-karya yang mereka hasilkan. Siswa juga memiliki
dokumen pribadi berisi profil sastrawan yang namanya belum pernah mereka
dengar sebelumnya. Jika media catur ini terbukti efektif di lapangan dalam
jangka waktu yang lama, maka guru dapat mengkreasikannya dengan kompetensi
dasar lain untuk membantu daya ingat siswa. Dengan begitu, dimanapun bidak
catur berhenti, dan apapun topiknya, siswa tidak akan menyadari bahwa
perlahan-lahan mereka akan hafal.
|
Informasi penulis
(pelaku) – nama, alamat, nomor HP, alamat email
|
Fauziah Arsanti,
Jalan Raya Lidah Wetan 35 Kec. Lakar Santri Surabaya, 085645543890, salam.vauziya@gmail.com.
Penulis adalah
mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri
Surabaya (Kelas PB 2010/102074051).
|
No comments:
Post a Comment