Background

Friday, December 13, 2013

Lomba Atletik Anak Down Syndrom Se-Jawa Timur Tahun 2013

Beradu Gaya Lewat Lomba Foto Genic


Peringatan Dies Natalis Ke-49 Universitas Negeri Surabaya Tahun 2013 dimeriahkan oleh berbagai kegiatan baik untuk internal civitas akademika maupun untuk masyarakat sekitar kampus. Sebagai wujud perhatian dan kepedulian Unesa terhadap masyarakat khususnya anak-anak berkebutuhan khusus yaitu penderita down syndrom, Unesa menyelenggarakan kegiatan Lomba Atletik Anak Down Syndrom Se-Jawa Timur. 

TAK INGIN KETINGGALAN: Anak-anak penyandang down syndrom yang sedang melakukan lomba lari.
 
LOMPAT: Seorang anak down syndrom sedang menjalani lomba lompat jauh tanpa awalan.

MENGGEMASKAN: Seorang anak down syndrom sedang berpose dalam lomba foto genic.

Lomba yang baru dua kali digelar ini dilaksanakan pada Sabtu, 7 Desember 2013 di Lapangan Atletik Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya. Peserta yang hadir sekitar 30 anak, berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur seperti Surabaya, Lumajang, Bojonegoro, bahkan Ponorogo. Peserta adalah penyandang down syndrom yang dibuktikan dengan surat keterangan, serta berusia minimal delapan tahun.
Dwi Cahyo Kartiko, S. Pd, M. Kes., penyelenggara lomba yang juga menjabat sebagai sekretaris ini menyatakan bahwa lomba atletik down syndrom merupakan wujud nyata kepedulian kampus. Selain untuk memeriahkan Dies Natalis, lomba ini adalah bentuk partisipasi aktif dan kepedulian Unesa dalam mengembangkan dan meningkatkan prestasi olahraga di kalangan anak down syndrom.
“Tujuan lomba ini adalah membentuk kepribadian dengan menjunjung disiplin dan sportivitas yang tinggi dalam mencapai prestasi. Pembentukan kepribadian itu dilakukan dengan menanamkan kesadaran akan pentingnya berolahraga. Dengan pembinaan olahraga secara merata, diharap penderita down syndrom akan sehat jasmani, mental, dan rohani,” terang dosen FIK yang akrab dipanggil Cahyo itu.
Cahyo menambahkan, kualifikasi peserta untuk delapan tahun ke atas merupakan wacana dari SOIna (Special Olympics Indonesia). SOIna adalah satu-satunya organisasi di Indonesia yang mendapat akreditasi dari Special Olympics International (SOI) untuk menyelenggarakan pelatihan dan kompetisi olahraga bagi warga tunagrahita di Indonesia. Namun POTADS (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome) memiliki masukan berbeda.
“POTADS adalah sebuah perkumpulan. Lembaga sosial ini mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang tua dengan anak-anak penyandang down syndrome. Dalam pertemuan dengan POTADS kemarin, ada masukan untuk mencoba di bawah delapan tahun. Namun karena sudah terwacanakan di SOIna, kami tetap menyelenggarakan untuk usia delapan tahun ke atas,” papar Cahyo.
Setelah pendaftaran peserta, dimulailah pertandingan sesuai nomor lomba masing-masing. Nomor-nomor lomba yang ditandingkan adalah sebagai berikut.

No.
Nomor lomba
L/P
Kelompok
Ket.
1
25 m
Putra
Terbuka
Low ability
2
25 m
Putri
Terbuka
Low ability
3
50 m
Putra
Terbuka
Low ability
4
50 m
Putri
Terbuka
Low ability
5
Lompat jauh tanpa awalan
Putra
Terbuka
Low ability
6
Lompat jauh tanpa awalan
Putri
Terbuka
Low ability
7
Foto genic
Putra/putri
Terbuka
Low ability

Dari ketujuh nomor lomba tersebut, yang paling menarik adalah lomba foto genic yang dilangsungkan pertama kali. Setiap peserta down syndrom baik putra dan putri beradu gaya dalam berfoto untuk kemudian diabadikan oleh panitia dan anggota kelarga masing-masing. Banyak yang masih malu-malu, ada juga yang sudah berani tampil percaya diri. Sangat lucu dan menggemaskan.
Setelah semua nomor lomba selesai dilombakan, dilaksanakan upacara penghormatan pemenang. Peserta lomba diambil juara I, II, dan III. Walaupun begitu, setiap peserta Lomba Atletik Anak Down syndrom Se-Jawa Timur Tahun 2013 di Universitas Negeri Surabaya tetap diberikan medali dan piagam penghargaan untuk menghargai mental dan meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Saat ditemui di lokasi lomba untuk membuka acara, Dr. Nanik Indahwati, M. OR., ketua jurusan Pendidikan Olahraga Unesa menyatakan bahwa Lomba Atletik Anak Down syndrom sangatlah positif. Lomba ini menanamkan adanya kuliah nyata bagi mahasiswa Pendidikan Olahraga, khususnya untuk menunjang mata kuliah Penjas Adaptif. Dalam acara tersebut, mahasiswa dari Pendidikan Olahraga dijadikan sebagai panitia lomba.
 “Saya berharap tahun depan peserta yang ikut bertambah banyak, tidak hanya dari kelompok down syndrom saja, tapi dari anak berkebutuhan khusus lainnya,” ungkap dosen muda itu.
Ina Basuki, salah satu orang tua anak down syndrom yang ditemui di lokasi lomba juga berharap demikian. Ia menginginkan agar lomba dilaksanakan rutin tiap tahun agar bisa mengevaluasi pengalaman anak-anak sebelumnya sehingga di sekolah dapat lebih baik lagi.
“Lomba ini sangat bagus untuk melatih percaya diri anak. Namun alangkah baiknya bila informasi penyelenggaraan lomba diperluas sehingga semua elemen dapat ikut. Saya setiap hari bertemu dengan orang tua dari anak tunagrahita lain. Mereka mengaku ingin ikut lomba tapi tidak tahu tentang informasinya,” ungkap perempuan yang berasal dari Surabaya itu.
Menanggapi hal tersebut, Drs. Abdul Rachman Syam Tuasikal, M.Pd., ketua panitia Lomba Atletik Anak Down syndrom mencoba meluruskan.
“Setiap anak tunagrahita berbeda kemampuannya. Mereka terbagi dalam down syndrom, tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Lomba ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang menderita down syndrom. Jika semua kelompok tunagrahita diperlombakan, alangkah kasihannya anak-anak dengan kemampuan yang berbeda-beda tersebut,” pungkas dosen yang akrab dipanggil Rachman itu (San/Wah).

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

No comments:

Post a Comment