Background

Saturday, October 20, 2012

Wisuda Ke-75 Universitas Negeri Surabaya

Android vs Mesin Cetak

Wisuda ke-75 Universitas Negeri Surabaya akhirnya digelar hari ini, Sabtu (20/10/2012). Sebanyak 2069 wisudawan dan wisudawati mengikuti upacara pengukuhan yang digelar di GOR Bima Unesa Kampus Lidah Wetan Surabaya. Berebeda dengan wisuda ke-74 yang lalu, wisuda kali ini berlangsung selama dua hari sampai Minggu, 21 Oktober. Selama dua hari tersebut, wisuda akan dilaksanakan dalam tiga gelombang. Seperti hari pertama ini, pukul 07.00 sampai 11.00 WIB GOR Bima telah diramaikan oleh wisudawan dari program Pascasarjana, FIP, dan FIS. Selanjutnya, mulai pukul 12.00—16.00 WIB, berlangsung gelombang kedua program FMIPA, FT, dan FIK. Untuk hari kedua, disusul oleh FBS dan FE.


Dengan mengusung tema “Wisudawan Ke-75 Unesa Siap Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Menumbuhkan Tradisi Keilmuan”, acara dibuka dengan alunan lagu We Are the Champion dan Nirmala yang dibawakan oleh Unesa Simphoni Orchestra dengan paduan suara dari Gita Prima Wisesa. Acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi senat, lalu disusul dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengheningkan cipta, pembukaan rapat terbuka senat, dan pidato rektor.

Dalam pidatonya, Prof. Dr. Muchlas Samani mengucapkan selamat kepada wisudawan yang telah mengantongi gelar sarjana, magister, doktor, dan ahli madya. Unesa sudah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan bimbingan dan gemblengan sehingga wisudawan siap mengabdikan ilmunya dalam masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Bapak rektor juga berpesan kepada wisudawan agar mereka tetap belajar sepanjang hayat, sehingga nantinya terlatih untuk menghadapi tantangan dan ujian. Bapak rektor juga menyinggung tentang perkembangan teknologi yang menyebabkan pesatnya persaingan kerja.
“Di era digital ini sudah muncul Android, i-Tab, Galaxy Tab, dan seperangkat peralatan super canggih lainnya yang suatu saat nanti dikhawatirkan dapat menggantikan buku cetak yang tebal. Dengan belajar mandiri dan berlatih bahasa Inggris yang benar, kita dengan perlahan-lahan akan dapat mengarungi era digital yang mengancam masa depan,” ujar Muchlas.

Muchlas juga menyayangkan akan pilihan masyarakat pada sekolah-sekolah atau rumah sakit swasta yang mahal, padahal di luar sana tersedia banyak sekolah-sekolah dan rumah sakit negeri yang murah. Hal ini menurut Muchlas dipengaruhi dua faktor: meningkatnya ekonomi dan daya beli masyarakat dan meningkatnya kesadaran akan pendidikan dan kesehatan.

“Tidak ada bedanya berkarya di swasta maupun negeri, yang terpenting adalah niat kita untuk mengabdi kepada masyarakat. Selamat memasuki sekolah kehidupan, selamat berjuang, selamat mengabdi kepada nusa dan bangsa,” tegas Muchlas di akhir pidatonya (San)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

No comments:

Post a Comment