Drama ini menceritakan tentang penduduk suatu kampung yang digegerkan oleh tingkah Zus, seorang wanita yang pada waktu mandi bisa membuat semua laki – laki penduduk itu mengintipnya. Saat mengintip itulah, para lelaki seperti lupa dengan keadaan di sekelilingnya. Mereka selalu mendengar bunyi resleting yang dibuka, bunyi gesekan kain – kain busana, bunyi karet celana dalam, dan bunyi sabun menggosok kulit yang dapat mereka tafsirkan sebebas – bebasnya. Namun bukan itu yang dinantikan para lelaki tersebut. Yang ditunggu adalah suara wanita itu. Dimulai dari dendang kecil, kemudian menjadi nyanyian yang mungkin tidak terlalu merdu, namun ternyata merangsang khayalan penuh gairah. Suara wanita itu serak – serak basah, sexy sekali. Agaknya nyanyian itu telah membuat mereka semakin betah untuk mengintip tiap hari.
Istri – istri pun geger. Mereka demo pada Pak RT untuk segera mengusir Zus dari kampung mereka. Karena tingkah Zus itu, suami – suami mereka menjadi dingin di ranjang.
Pak RT pun menjadi bingung. Ia tidak habis pikir mengapa suara yang serak-serak basah bisa membuat orang berkhayal begitu rupa, sehingga mempengaruhi kehidupan rumah tangga sepasang suami istri. Menurutnya itu bukan salah Zus, tetapi salah suami-suami itu sendiri yang membayangkan adegan – adegan erotis. Akhirnya dengan didampingi Pak Hansip, Pak RT pun membuktikan kebenaran berita tersebut. Tak disangka-sangka, Pak RT juga mengakui bahwa suara Zus memang sangat merangsang dan menimbulkan daya khayal yang meyakinkan seperti kenyataan.
Jika keadaan tersebut didiamkan, masalah akan tambah pelik. Maka Pak RT pun memberitahu Zus tentang apa yang terjadi sebenarnya. Mendengar itu, Zus mengerti. Tak disangka - sangka, Zus malah pindah ke kondominium. Tapi namanya juga laki-laki, walaupun sudah pergi dari kampungnya, mereka tetap saja mengingat-ingat Zus. Akhirnya Pak RT memutuskan akan mendirikan fitness centre di kampungnya. Di fitness centre itu akan diajarkan Senam Kebahagiaan Rumah Tangga yang wajb diikuti Ibu – Ibu supaya bisa membahagiakan suaminya.
Menurut saya, Gusmel Riyadh telah berhasil mengadaptasi cerpen ini menjadi sebuah sandiwara. Ia menggunakan alur maju dan juga alur mundur, seperti yang tampak pada halaman 1 dan 5. Ia juga membingkai sandiwara ini dengan cerita yang amat lucu. Hal ini tampak pada dialog – dialog berikut ini.
Adegan 3
PAK RT : “Apakah yang terjadi dengan kenyataan sehingga seseorang bisa bercinta dengan imajinasi? Yang juga membuat aku bingung, kenapa para suami ini bisa mempunyai imajinasi yang sama?”
HANSIP : “Ya namanya lelaki normal, Pak. Mungkin Bapak juga akan melakukan hal yang sama. (JEDA SEBENTAR, KEMUDIAN SETENGAH BERBISIK). Itu kalo bapak masih normal.
PAK RT : “Heh?! Apa kamu bilang.
HANSIP : “Eh, enggak Pak! Saya bilang perempuan itu kayak kuda binal!
••
Adegan 7
PAK RT : “Baiklah Bapak – Bapak Ibu – Ibu saya sudah memutuskan, akan mendirikan fitness centre di kampung ini. Di fitness centre itu akan diajarkan Senam Kebahagiaan Rumah Tangga yang wajb diikuti Ibu – Ibu, supaya bisa membahagiakan suaminya. pembukaan fitness center itu kelak, kalau bisa dihadiri Jane Fonda, Ade Rai, Viki Burki, dan Miyabi.
LAMPU PADAM. KEMUDIAN TERANG DI SUATU SUDUT, HANSIP MEMASANG TULISAN DILARANG MENYANYI DI KAMAR MANDI DI BAWAH TULISAN ‘PEMULUNG DILARANG MASUK’.
Resensi oleh: Fauziah Arsanti
Untuk melengkapi tugas Sejarah Sastra
Background
Saturday, June 16, 2012
Sinopsis Drama
Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi
Adaptasi Bebas dari Cerpen Seno Gumira Ajidarma
(Penulis Angkatan 2000)
Oleh : Gusmel Riyadh
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Masih belajar....
ReplyDeleteKak, punya naskah publikasi resminya?
ReplyDelete