Novel ini menceritakan Elektra, seorang gadis keturunan cina berumur sekitar 20 tahun. Elektra merupakan anak dari seorang ahli elektronik bernama Wijaya yang memiliki tempat servis sendiri bernama Wijaya Elektronik. Ia memiliki kakak perempuan bernama Watti. Entah mengapa, Dedi, panggilan akrab ayahnya, seperti menjalin ikatan suci dengan listrik. Pernah Elektra menyentuhkan test-pen ke tubuh Dedi dan ajaibnya dapat menyala. Hal ini mulai terjadi saat ia tersetrum listrik tiga fasa dari kabel telanjang yang tersentuh olehnya. Ia pun pingsan, namun hebatnya dapat sadar kembali.
Elektra kecil sangat senang menonton kilatan petir. Ia sering menari-nari dibawah hujan saat petir manggelegar. Tidak beberapa lama kemudian, petir menyambar pucuk pohon asam di pojok rumah. Dan apakah itu tarian memanggil petir dari alam bawah sadar ? itu lah pertanyaan Elektra.
Namun tak disangka Dedi kena Stroke dan menginggal dengan seketika. Dan Elektra adalah orang yang paling shock. Setelah Dedi menginggal akhirnya Watti menikah dengan Kang Atam, dokter lulusan Universitas Pajajaran dan pindah ke Tembagapura. Hari-hari terasa sepi bagi Elektra, karena ia tinggal di rumah besarnya yang bernama Eleanor. Suatu ketika ia bertemu dengan teman SMA-nya yang memiliki warnet. Lalu ia diajarkan menggunkan internet. Dan ajaibnya ia seperti menemukan kehidupan baru semenjak kenal internet. Pada puncaknya ia sakit karena kelelahan dan tak dapat bengun dari tempat tidurnya selama beberapa hari. Lalu datanglah seorang wanita yang bernama Ibu Sati, ia adalah pemilik toko yang menjual perlengkapan pemujaan. Ibu Sati menyarankan Elektra untuk mendirikan usaha warnet.
Akhirnya Elektra bersama Kewoy (penjaga warnet temannya) dan Mpret si maniak komputer, menyulap Eleanor menjadi Warnet, Rental PS, Distro, Home theater dan warung nasi goreng yang penjualnya bernama Mas Yono. Setelah berdiskusi, akhirnya munculah sebuah nama ELEKTRA POP. Pada suatu ketika Elektra terserang penyakit aneh yang apabila ia ingin pergi ke dokter penyakit itu sembuh. Namun ketika ia duduk di belakang komputer penyakit itu kambuh lagi. Akhirnya 4 orang temannya berinisiatif untuk membawanya ke rumah sakit secara diam-diam. Namun saat mereka menyentuh tubuh Elektra, tiba – tiba tubuh Elektra mengeluarkan listrik sehingga membuat mereka terpental.
Akhirnya Ibu Sati datang dan memberi wejangan pada Elektra. Ibu Sati memberitahu kalau Elektra memiliki kemampuan yang luar biasa. Maka mulai saat itu Elektra dilatih agar bisa mengendalikan kekuatannya. Setelah dapat mengendalikan, Elektra mendirikan “Klinik Elektrik” di ruang rental PS-nya. Tak disangka banyak orang yang datang berobat. Konflik terjadi saat Mpret tidak setuju untuk membuat “Klinik Elektrik” di rental PS-nya tersebut. Beberapa waktu kemudian, datanglah sepupunya Mpret yaitu “BONG” dan selanjutnya tidak dijelaskan apa yang terjadi antara Bong dan Elektra serta Mpret.
Hal yang paling mengena saat saya membaca novel ini adalah nama tokoh – tokohnya yang berhubungan dengan bidang kelistrikan. Tokoh – tokoh tersebut misalnya Elektra dan Watti. Elektra lah yang menjadi tokoh utama dalam novel ini.
Pembaca dituntut untuk sedikit berpikir saat membaca novel yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi ini. Dewi Lestari sangat pintar dalam menciptakan kata – kata penuh metafora, sehingga saya sering membacanya berulang – ulang untuk memahami dan membayangkan makna dari tulisannya. Kata pengantar yang oleh sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting pun dibuat Dewi dengan bahasa yang tinggi pula. Dewi juga menulis novel ini dengan membuat alur maju yang tiba-tiba mundur sehingga pembaca makin penasaran untuk membaca halaman selanjutnya.
Mengenai jalan cerita, memang sulit diterima dengan akal sehat. Seseorang yang menyimpan kekuatan aneh seperti Elektra, sebelumnya hanya saya jumpai pada kartun anak – anak. Mungkin Dewi Lestari menginginkan para pembaca bermain dengan imajinasinya. Terkadang ada cerita yang hanya lewat dan tidak dijelaskan lagi, seperti Watti dan suaminya.Namun dari novel ini, saya bisa mendapat pengetahuan tentang bidang kelistrikan.
Ending cerita yang disuguhkan Dewi Lestari pun masih menyimpan konflik, sehingga saya bertanya – tanya tentang apa yang kemudian terjadi dengan ELEKTRA POP. Mungkin hal ini juga akan dirasakan oleh pembaca lain. Menurut saya, Inilah keunikannya, cerita yang tidak selesai.
Resensi oleh: Fauziah Arsanti
Untuk melengkapi tugas Sejarah Sastra
Background
Saturday, June 16, 2012
Sinopsis Novel Petir
Dewi Lestari (Penulis Angkatan 2000)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment