Background

Monday, June 17, 2013

FBS: Lab Bahasa Super Canggih


Lesehan Pun Menyenangkan
Keberadaan lab bahasa Fakultas Bahasa dan Seni memiliki cerita tersendiri. Dulunya Fakultas Bahasa dan Seni hanya memiliki satu lab untuk semua jurusan. Kerusakan yang terus terjadi membuat pemerintah pusat di Jakarta memberi penawaran lab bahasa super canggih. Tidak ingin kehilangan kesempatan emas itu, fakultas segera mengajukan proposal ke Jakarta. Alhasil, hampir semua jurusan di FBS saat ini sudah memiliki lab bahasa sendiri. 


Pernyataan di depan diungkapkan oleh Himawan Adi Nugroho, M.Pd., dosen bahasa Inggris yang mengampu mata kuliah listening dan speaking, Rabu, (12/6/2013). Sebagai pengelola lab bahasa di jurusan Bahasa Inggris, ia ingat betul masa-masa awal lab bahasa di FBS saat itu. Himawan mengakui, keberadaan lab bahasa memiliki pengaruh besar pada proses perkuliahan. Tanpa adanya lab bahasa, proses belajar mengajar akan kurang efektif.
“Lab bahasa dapat dipakai untuk semua mata kuliah keterampilan berbahasa, mulai dari listening, speaking, reading, dan writing,” ujarnya saat ditemui di ruang dosen Jurusan Bahasa Inggris.
Jurusan Bahasa Inggris sendiri mempunyai tiga lab bahasa: lab 1, lab 2, dan lab 3. Lab 2 dan lab 3 seperti standar laboratorium bahasa pada umumnya, memiliki kelengkapan pada perangkat utama, perangkat multimedia, serta furniture dan kelengkapan ruangan. Perangkat utama dilihat dari panel pengendali, panel siswa, dan headset. Perangkat multimedia antara lain LCD televisi, VCD, LCD proyektor, dan tape repeater. Furniture dan kelengkapan ruangan meliputi kursi mahasiswa, meja mahasiswa dan meja instruktur, karpet, white board, serta AC atau pendingin udara dalam ruangan. Selain untuk perkuliahan, lab 1 juga sering dipakai untuk seminar dan ujian skripsi. Karena itulah lab 1 juga disebut dengan lab seminar. Sebagai pengelola, Himawan begitu membanggakan lab bahasa yang ada di bawah tanggungjawabnya itu.
 

Inilah lab 1 Jurusan Bahasa Inggris yang sering dipakai untuk seminar dan ujian skripsi.
Lab 2 Jurusan Bahasa Inggris yang telah memiliki kelengkapan pada perangkat utama, perangkat multimedia, serta furniture dan kelengkapan ruangan.



 
“Lab bahasa di jurusan kami memakai teknologi yang sudah bisa diconnect internet. Softwarenya pun sudah mendukung pembelajaran bahasa asing,” ungkap dosen kelahiran Rembang, 17 November 1975 tersebut.
Namun Himawan mengakui, lab bahasa yang dikelolanya tersebut masih memiliki beberapa kekurangan. Pengoperasian lab bahasa membutuhkan daya listrik yang besar, sementara ketersediaan listrik di fakultas belum mampu menyokong keseluruhan. Begitu pula dari segi maintenance yang masih bermasalah pada software dan hardwarenya. Jika software atau hardware tersebut rusak parah, teknisi sulit sekali melakukan perbaikan. Itu disebabkan karena pemerintah pusat tidak memberi kejelasan tentang perawatan selanjutnya.
“Maka dari itu, kami terus meminimalkan kerusakan yang terjadi. Perawatan utama yang kami lakukan adalah mengecek software dan hardware secara berkala. Khusus bagian ini dilakukan oleh teknisi kami yang sudah berpengalaman dan seorang tenaga honorer,” terang Himawan.
Selain Bahasa Inggris, jurusan-jurusan lain di FBS yang juga memiliki lab bahasa antara lain Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Seni Rupa dan Desain Grafis, Jurusan Bahasa Mandarin, Bahasa Jerman, dan Bahasa Jepang. Bahasa Jerman dan Bahasa Jepang masing-masing memiliki dua lab, ruang A dan B untuk Bahasa Jepang, ruang C dan D untuk Bahasa Jerman. Jurusan Bahasa Mandarin memiliki satu lab yang kadang digunakan bersama dengan Jurusan Bahasa Inggris. Lab bahasa yang dimiliki Bahasa Jawa, Bahasa Mandarin, Bahasa Jerman, dan Bahasa Jepang sudah memenuhi standar laboratorium bahasa pada umumnya, memiliki kelengkapan pada perangkat utama, perangkat multimedia, serta furniture dan kelengkapan ruangan. Sementara itu, Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa memiliki lab yang berbeda dengan lab-lab jurusan lainnya. Hal itu ditegaskan sendiri oleh ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa, Drs. Sukarman, M.Si.
“Jurusan kami tidak hanya memiliki lab bahasa, tapi juga sebuah lab lain yang kami beri nama lab budaya,” ujarnya saat ditemui di ruang dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa.
Lab budaya sudah ada sejak Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa masih di Ketintang. Memang dulunya semua fakultas dan unit pelaksana penting lainnya masih berlokasi di pusat universitas tersebut. Namun saat Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa ikut pindah ke Lidah, lab budaya tetap dipertahankan fungsinya sampai sekarang. Lab yang dikelola oleh Dra. Suwarni, M.Pd. itu sangat mendukung kegiatan kurikuler seperti seni karawitan, seni budaya, seni tembang, dan dramaturgi, serta kegiatan ekstrakurikuler seperti ketoprak, ludruk, dan campursari. Di dalam lab tersebut berisi seperangkat gamelan yang menjadi perangkat unggulan di jurusan.

Inilah perangkat gamelan di dalam lab budaya yang menjadi perangkat unggulan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa.
“Perangkat gamelan yang kami miliki adalah paling utama, sebab di struktur kurikulum terdapat mata kuliah karawitan dan sanggar budaya, serta kegiatan rutin yang berseni seperti ketoprak, ludruk, dan campursari. Gamelan-gamelan tersebut ada yang khusus untuk campursari, dan ada pula gamelan untuk karawitan. Kebanggaan lainnya adalah kami memiliki dua set laras pelog dan dua set laras slendro,” paparnya sambil tersenyum.
Selain perangkat gamelan, di dalam lab budaya juga terdapat perangkat sound, wayang kulit, properti pentas, background panggung 13 set, serta panggung berukuran 6x8 meter. Untuk ke depannya, lab budaya berencana menambah koleksi berupa alat upacara pernikahan untuk mengimbangi mata kuliah tradisi Jawa. “Dalam mata kuliah ini pranoto coro yang terpenting,” tambah Sukarman.
Sukarman mengakui, perawatan gamelan tersebut tidak boleh asal-asalan. Dana pemeliharaan, perawatan, dan penambahan diperoleh dari BPKB mahasiswa (Biaya Peningkatan Kualitas Perkuliahan) sebesar Rp500,00/anak/semester. Jika hanya urusan kebersihan, mahasiswa perangkatan sudah mengelolanya. Jurusan telah menyiapkan alat-alat kebersihan seperti vacum cleaner. Namun untuk perawatan gamelan, setiap tahunnya jurusan mendatangkan pengrajin gamelan untuk melaras setiap perangkat. Melaras artinya memperbaiki tangga nada.
“Mahasiswa kadang memukul gamelan terlalu keras sehingga suaranya semakin sumbang. Itulah mengapa gamelan harus dilaras,” akunya.
Sukarman menambahkan, keberadaan lab budaya betul-betul untuk mendukung pengembangan jurusan dan prodi. Namun Sukarman juga mengakui, lab budaya di jurusannya tersebut belum sepenuhnya sempurna. Ia mencoba membandingkan dengan jurusan lain, khususnya jurusan sendratasik.
“Kami memang lebih unggul dari sendratasik, punya dua set laras pelog dan dua set laras slendro. Sedangkan sendratasik hanya memiliki satu set untuk masing-masing laras. Namun jurusan sendratasik memiliki keunggulan pada alat musik pop, keroncong, dan alat musik modern lain. Itu semua memang tergantung pada prodi masing-masing,” tandas Sukarman.
Berbeda dengan Bahasa Jawa, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia menampilkan lab bahasa yang oleh mahasiswanya disebut dengan studio sastra. Berbeda dengan lab bahasa lain yang memiliki kelengkapan pada perangkat utama, perangkat multimedia, serta furniture dan kelengkapan ruangan, studio sastra hanya memiliki kelengkapan pada perangkat multimedia dan kelengkapan ruangan. Perangkat multimedia yang ada di dalam ruangan meliputi LCD proyektor, kamera, serta alat-alat musik baik modern maupun Jawa. Sementara itu, kelengkapan ruangan meliputi karpet, white board, dan AC, namun tidak ada kursi dan meja. Ketiadaan kursi dan meja ini membuat mahasiswa hanya duduk lesehan saat kuliah berlangsung.
“Duduk lesehan di karpet rasanya lebih santai. Badan pun rileks, tidak cepat mengantuk,” cetus seorang mahasiswa saat ditemui di sela-sela kuliah. 

Seperti inilah perkuliahan di studio sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang santai namun serius.
Ya, studio sastra yang dikelola oleh Drs. Muh. Najid, M.Pd. itu biasa dipakai untuk ruang kuliah. Ruangan tersebut memang sangat mendukung untuk pembelajaran bahasa dan sastra yang sarat dengan praktek. Selain untuk kuliah, ruang studio sastra juga biasa dipakai untuk kegiatan mahasiswa, seperti drama, musikalisasi puisi, PPL, dan kegiatan lain yang mendukung pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Di sisi belakang ruangan akan terlihat lantai yang lebih tinggi, dimanfaatkan sebagai panggung untuk pentas mahasiswa. Bagian belakangnya terdapat tirai hitam besar yang menutup dinding. Jika diamati dengan seksama, bagian muka dari studio sastra tersebut malah membelakangi panggungnya. Ini mengakibatkan mahasiswa harus berbalik badan untuk melihat temannya pentas. Jika dosen tiba-tiba menulis di white board, maka mahasiswa harus membalikkan badan lagi. Walaupun begitu, kondisi studio sastra tersebut bersih dan tertata apik.
Terakhir adalah Jurusan Seni Rupa dan Desain Grafis. Jurusan itu juga memiliki satu lab bahasa disamping sembilan lab-lab lain yang meliputi ruang kriya kayu, kriya keramik, kriya tekstil, kriya logam, grafika, fotografi, audio visual, gambar model, dan gambar teknik. Sesuai namanya, kriya kayu memroduksi karya berupa kayu; kriya keramik memroduksi karya berupa keramik; kriya tekstil memroduksi karya berupa pakaian; kriya logam memroduksi karya berupa logam; grafika lebih pada penyablonan; audiovisual memroduksi karya berupa film dan lagu; gambar model lebih pada melukis berdasarkan model nyata; dan gambar teknik lebih menjurus pada profesi arsitek yang menggambar bangun-bangun. Dari kesepuluh lab di depan, tidak sembarang orang bisa masuk ke ruang audiovisual karena di dalamnya banyak barang-barang mahal yang dimiliki jurusan (San).

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

No comments:

Post a Comment