Lesehan Pun Menyenangkan
Keberadaan lab
bahasa Fakultas Bahasa dan Seni memiliki cerita tersendiri.
Dulunya Fakultas Bahasa dan Seni hanya memiliki satu lab untuk semua jurusan.
Kerusakan yang terus terjadi membuat pemerintah pusat di Jakarta memberi
penawaran lab bahasa super canggih. Tidak ingin kehilangan kesempatan emas itu,
fakultas segera mengajukan proposal ke Jakarta. Alhasil, hampir semua jurusan
di FBS saat ini sudah memiliki lab bahasa sendiri.
Pernyataan
di depan diungkapkan oleh Himawan Adi Nugroho,
M.Pd., dosen bahasa Inggris yang mengampu mata kuliah listening dan speaking, Rabu, (12/6/2013). Sebagai pengelola lab bahasa di
jurusan Bahasa Inggris, ia ingat betul masa-masa awal lab bahasa di FBS saat
itu. Himawan mengakui, keberadaan lab bahasa memiliki pengaruh besar pada
proses perkuliahan. Tanpa adanya lab bahasa, proses belajar mengajar akan
kurang efektif.
“Lab
bahasa dapat dipakai untuk semua mata kuliah keterampilan berbahasa, mulai dari
listening, speaking, reading, dan writing,” ujarnya saat ditemui di ruang
dosen Jurusan Bahasa Inggris.
Jurusan
Bahasa Inggris sendiri mempunyai tiga lab bahasa: lab 1, lab 2, dan lab 3. Lab
2 dan lab 3 seperti standar laboratorium bahasa pada umumnya, memiliki
kelengkapan pada perangkat utama, perangkat multimedia, serta furniture dan kelengkapan ruangan. Perangkat
utama dilihat dari panel pengendali, panel siswa, dan headset. Perangkat multimedia antara lain LCD televisi, VCD, LCD proyektor, dan tape
repeater. Furniture dan kelengkapan ruangan meliputi kursi mahasiswa, meja mahasiswa dan meja instruktur, karpet, white board, serta AC atau pendingin udara dalam ruangan. Selain untuk perkuliahan, lab 1 juga
sering dipakai untuk seminar dan ujian skripsi. Karena itulah lab 1 juga
disebut dengan lab seminar. Sebagai
pengelola, Himawan begitu membanggakan lab bahasa yang ada di bawah
tanggungjawabnya itu.
Inilah lab 1 Jurusan Bahasa Inggris yang sering dipakai untuk seminar dan ujian skripsi. |
Lab 2 Jurusan Bahasa Inggris yang telah memiliki kelengkapan pada perangkat utama, perangkat multimedia, serta furniture dan kelengkapan ruangan. |
“Lab
bahasa di jurusan kami memakai teknologi yang sudah bisa diconnect internet. Softwarenya
pun sudah mendukung pembelajaran bahasa asing,” ungkap dosen
kelahiran Rembang, 17 November 1975 tersebut.
Namun
Himawan mengakui, lab bahasa yang dikelolanya tersebut masih memiliki beberapa
kekurangan. Pengoperasian lab bahasa membutuhkan daya listrik yang besar,
sementara ketersediaan listrik di fakultas belum mampu menyokong keseluruhan.
Begitu pula dari segi maintenance
yang masih bermasalah pada software
dan hardwarenya. Jika software atau hardware tersebut rusak parah, teknisi sulit sekali melakukan
perbaikan. Itu disebabkan karena pemerintah pusat tidak memberi kejelasan
tentang perawatan selanjutnya.
“Maka
dari itu, kami terus meminimalkan kerusakan yang terjadi. Perawatan utama yang
kami lakukan adalah mengecek software
dan hardware secara berkala. Khusus
bagian ini dilakukan oleh teknisi kami yang sudah berpengalaman dan seorang
tenaga honorer,” terang Himawan.
Selain
Bahasa Inggris, jurusan-jurusan lain di FBS yang juga memiliki lab bahasa
antara lain Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa, Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Seni Rupa dan Desain Grafis, Jurusan Bahasa Mandarin, Bahasa
Jerman, dan Bahasa Jepang. Bahasa Jerman dan Bahasa Jepang masing-masing
memiliki dua lab, ruang A dan B untuk Bahasa Jepang, ruang C dan D untuk Bahasa
Jerman. Jurusan Bahasa Mandarin memiliki satu lab yang kadang digunakan bersama
dengan Jurusan Bahasa Inggris. Lab bahasa yang dimiliki Bahasa Jawa, Bahasa
Mandarin, Bahasa Jerman, dan Bahasa Jepang sudah memenuhi standar laboratorium
bahasa pada umumnya, memiliki kelengkapan pada perangkat utama, perangkat
multimedia, serta furniture dan
kelengkapan ruangan. Sementara itu, Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa memiliki lab
yang berbeda dengan lab-lab jurusan lainnya. Hal itu ditegaskan sendiri oleh
ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa, Drs. Sukarman, M.Si.
“Jurusan
kami tidak hanya memiliki lab bahasa, tapi juga sebuah lab lain yang kami beri
nama lab budaya,” ujarnya saat ditemui di ruang dosen Jurusan Pendidikan Bahasa
Jawa.
Lab
budaya sudah ada sejak Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa masih di Ketintang.
Memang dulunya semua fakultas dan unit pelaksana penting lainnya masih
berlokasi di pusat universitas tersebut. Namun saat Jurusan Pendidikan Bahasa
Jawa ikut pindah ke Lidah, lab budaya tetap dipertahankan fungsinya sampai
sekarang. Lab yang dikelola oleh Dra. Suwarni, M.Pd. itu sangat mendukung
kegiatan kurikuler seperti seni karawitan, seni budaya, seni tembang, dan
dramaturgi, serta kegiatan ekstrakurikuler seperti ketoprak, ludruk, dan
campursari. Di dalam lab tersebut berisi seperangkat gamelan yang menjadi
perangkat unggulan di jurusan.
Inilah perangkat gamelan di dalam lab budaya yang menjadi perangkat unggulan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa. |
“Perangkat
gamelan yang kami miliki adalah paling utama, sebab di struktur kurikulum terdapat
mata kuliah karawitan dan sanggar budaya, serta kegiatan rutin yang berseni
seperti ketoprak, ludruk, dan campursari. Gamelan-gamelan tersebut ada yang
khusus untuk campursari, dan ada pula gamelan untuk karawitan. Kebanggaan
lainnya adalah kami memiliki dua set laras pelog dan dua set laras slendro,”
paparnya sambil tersenyum.
Selain
perangkat gamelan, di dalam lab budaya juga terdapat perangkat sound, wayang kulit, properti pentas, background panggung 13 set, serta
panggung berukuran 6x8 meter. Untuk ke depannya, lab budaya berencana menambah
koleksi berupa alat upacara pernikahan untuk mengimbangi mata kuliah tradisi
Jawa. “Dalam mata kuliah ini pranoto coro
yang terpenting,” tambah Sukarman.
Sukarman
mengakui, perawatan gamelan tersebut tidak boleh asal-asalan. Dana
pemeliharaan, perawatan, dan penambahan diperoleh dari BPKB mahasiswa (Biaya
Peningkatan Kualitas Perkuliahan) sebesar Rp500,00/anak/semester. Jika hanya
urusan kebersihan, mahasiswa perangkatan sudah mengelolanya. Jurusan telah
menyiapkan alat-alat kebersihan seperti vacum
cleaner. Namun untuk perawatan gamelan, setiap tahunnya jurusan
mendatangkan pengrajin gamelan untuk melaras setiap perangkat. Melaras artinya
memperbaiki tangga nada.
“Mahasiswa
kadang memukul gamelan terlalu keras sehingga suaranya semakin sumbang. Itulah
mengapa gamelan harus dilaras,” akunya.
Sukarman
menambahkan, keberadaan lab budaya betul-betul untuk mendukung pengembangan
jurusan dan prodi. Namun Sukarman juga mengakui, lab budaya di jurusannya
tersebut belum sepenuhnya sempurna. Ia mencoba membandingkan dengan jurusan lain,
khususnya jurusan sendratasik.
“Kami
memang lebih unggul dari sendratasik, punya dua set laras pelog dan dua set
laras slendro. Sedangkan sendratasik hanya memiliki satu set untuk
masing-masing laras. Namun jurusan sendratasik memiliki keunggulan pada alat
musik pop, keroncong, dan alat musik modern lain. Itu semua memang tergantung
pada prodi masing-masing,” tandas Sukarman.
Berbeda
dengan Bahasa Jawa, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia menampilkan lab bahasa
yang oleh mahasiswanya disebut dengan studio sastra. Berbeda dengan lab bahasa
lain yang memiliki kelengkapan pada perangkat utama, perangkat multimedia,
serta furniture dan kelengkapan
ruangan, studio sastra hanya memiliki kelengkapan pada perangkat multimedia dan
kelengkapan ruangan. Perangkat multimedia yang ada di dalam ruangan meliputi LCD proyektor, kamera, serta alat-alat musik baik
modern maupun Jawa. Sementara itu, kelengkapan
ruangan meliputi karpet, white board, dan AC, namun tidak ada kursi dan meja. Ketiadaan kursi dan meja ini membuat
mahasiswa hanya duduk lesehan saat kuliah berlangsung.
“Duduk lesehan
di karpet rasanya lebih santai. Badan pun rileks, tidak cepat mengantuk,” cetus
seorang mahasiswa saat ditemui di sela-sela kuliah.
Seperti inilah perkuliahan di studio sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang santai namun serius. |
Ya, studio
sastra yang dikelola oleh Drs. Muh. Najid, M.Pd. itu biasa dipakai untuk ruang
kuliah. Ruangan tersebut memang sangat mendukung untuk pembelajaran bahasa dan
sastra yang sarat dengan praktek. Selain untuk kuliah, ruang studio sastra juga
biasa dipakai untuk kegiatan mahasiswa, seperti drama, musikalisasi puisi, PPL,
dan kegiatan lain yang mendukung pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Di
sisi belakang ruangan akan terlihat lantai yang lebih tinggi, dimanfaatkan
sebagai panggung untuk pentas mahasiswa. Bagian belakangnya terdapat tirai
hitam besar yang menutup dinding. Jika diamati dengan seksama, bagian muka dari
studio sastra tersebut malah membelakangi panggungnya. Ini mengakibatkan
mahasiswa harus berbalik badan untuk melihat temannya pentas. Jika dosen
tiba-tiba menulis di white board,
maka mahasiswa harus membalikkan badan lagi. Walaupun begitu, kondisi studio
sastra tersebut bersih dan tertata apik.
Terakhir
adalah Jurusan Seni Rupa dan Desain Grafis. Jurusan itu juga memiliki satu lab
bahasa disamping sembilan lab-lab lain yang meliputi ruang kriya kayu, kriya
keramik, kriya tekstil, kriya logam, grafika, fotografi, audio visual, gambar
model, dan gambar teknik. Sesuai namanya, kriya kayu memroduksi karya berupa
kayu; kriya keramik memroduksi karya berupa keramik; kriya tekstil memroduksi
karya berupa pakaian; kriya logam memroduksi karya berupa logam; grafika lebih
pada penyablonan; audiovisual memroduksi karya berupa film dan lagu; gambar
model lebih pada melukis berdasarkan model nyata; dan gambar teknik lebih
menjurus pada profesi arsitek yang menggambar bangun-bangun. Dari kesepuluh lab
di depan, tidak sembarang orang bisa masuk ke ruang audiovisual karena di
dalamnya banyak barang-barang mahal yang dimiliki jurusan (San).
No comments:
Post a Comment