Background

Friday, June 21, 2013

Ummi Lailah, Wisudawan Terbaik FIP


Ingin Jumpa Anak-anak
di Daerah 3T
Menamatkan semester 8-nya dari Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Surabaya, Ummi Lailah, begitu namanya, berhasil menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Kreativitas Keterampilan Membuat Karya Konstruksi pada Siswa Kelas IV SDN Segoromadu, Kebomas-Gresik”. Perempuan kelahiran Gresik, 29 Maret 1991 itu berhasil meraih IPK tertinggi se-FIP sebesar 3,76. Lely, begitu panggilannya, mengaku memilih judul tersebut karena prihatin melihat kenyataan di lapangan, bahwa siswa lebih mengunggulkan mata pelajaran inti seperti Matematika, Bahasa Indonesia, atau Bahasa Inggris, daripada mata pelajaran SBK (Seni, Budaya, dan Keterampilan).
“Siswa biasanya meremehkan SBK, padahal mata pelajaran ini juga tidak kalah penting dengan mata pelajaran lain. SBK mampu mengembangkan keterampilan siswa agar dapat berkreasi dan menghargai keindahan seni,” tegas Ummi.

Ummi Lailah, wisudawan terbaik FIP tahun ajaran 2012-2013

Ide skripsi tersebut ternyata juga dipengaruhi latar belakang keluarga Ummi yang cinta seni. Ayahnya gemar melukis, sementara Ibunya lihai dalam menyulam, membuat tas dan baju dari wol.
“Kegemaran Ayah dan Ibu tersebut semata-mata tidak untuk dijual, namun sekedar untuk mengisi waktu luang dan menambah koleksi pribadi,” aku anak kedua dari tiga bersaudara itu.
Poin penting yang diusung Ummi dalam skripsinya adalah cinta lingkungan. Siswa diajak membuat keterampilan yang bahan-bahannya berasal dari alam. Berbagai macam kerajinan seperti boneka, rumah-rumahan, dan lampion adalah hasil kerja nyata dari siswa SDN Segoromadu. Poin-poin yang dinilai adalah kemurnian bahan alam, kekuatan bahannya, serta kelengkapan konstruksinya. Usai membuat kerajinan, mereka dituntut untuk mempresentasikan hasil karya dengan menjelaskan asal idenya, cara pembuatannya, dan terakhir adalah menilai hasil karya teman. “Dengan begitu mereka dapat menghargai karya sendiri dan orang lain,” imbuhnya.
Belajar, lanjut Ummi, merupakan suatu proses, bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Konsep itulah yang selalu diprioritaskan Ummi dalam gaya mengajarnya sehingga kreativitas siswa dapat berkembang. Untuk mematapkan konsep itu, Ummi berkolaborasi dengan guru SDN Segoromadu yang dianggapnya sudah berpengalaman.
Saat ditanya apakah ia akan menindaklanjuti skripsinya tersebut, mahasiswa yang tinggal di Jalan KH. Abdul Karim X/13 Trate, Gresik itu menjawab mantap. Ia akan mengimplementasikan pengalaman dan hasil penelitiannya saat mengajar nanti.
“Guru PNS kebanyakan mengajar tanpa media, padahal media pembelajaran merupakan faktor penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Saat diterima PNS nanti, saya akan berusaha untuk tetap memakai media, pun RPP, silabus, instrumen penelitian, dan perangkat pembelajaran lain,” ujar perempuan berjilbab itu.
Saat dikabarkan menjadi mahasiswa dengan peraih IPK tertinggi, Ummi mengaku senang sekaligus takut. Senang karena perjuangannya menampakkan hasil sempurna, namun juga khawatir tidak dapat memikul tanggungjawab sebagai orang besar. Namun Ummi meyakini, perjuangan tidak ada yang sia-sia.
“Saya teringat ketika dulu harus membuat instrumen kreativitas siswa. Dosen pembimbing skripsi menyuruh saya untuk mencari referensi ke jurusan Psikologi Pendidikan. Celakanya, jurusan Psikologi Pendidikan tidak meminjamkan buku pedoman tes yang saya butuhkan. Terpaksa saya harus pontang-panting membuat instrumen sendiri, sampai-sampai harus revisi tiga minggu lamanya. Namun di balik itu, kekecewaan saya sedikit terobati setelah melihat tawa anak-anak SDN Segoromadu,” papar gadis yang sempat bercita-cita menjadi pramugari tersebut.
Selama menjadi mahasiswa, Ummi aktif di DLM fakultas selama dua semester, mulai semester dua sampai semester tiga. Dua semester berikutnya ia pindah ke DLM jurusan. Pada semester lima, mahasiswa penggemar Biologi dan Kimia itu mulai sibuk dengan les-les privat yang ia yakini dapat menambah pengalaman. Setelah lulus, tak disangka-sangka Ummi memiliki keinginan terpendam untuk mengabdi di daerah 3T.
“Saya ingin menjejaki daerah terpencil yang penuh tantangan, bertemu para putra bangsa yang haus pendidikan. Semoga saja dapat terwujud,” ungkap Ummi penuh harap.
Kepada mahasiswa Unesa Ummi berpesan untuk terus berprestasi.
“Jadilah berbeda. Jika bisa sama seperti temanmu, mengapa tidak bisa berbuat yang lebih. Namun yang tidak kalah penting, semua usaha itu tentunya juga diiringi dengan doa. Tidak meninggalkan sholat lima waktu, rajin Sholat Tahajud, dan puasa Senin Kamis. Itu semua akan makin mendekatkan kita kepada Alloh. Biarkanlah hidup ini mengalir seperti air. Terserah hasilnya seperti apa, yang terpenting adalah prosesnya,” tandas gadis yang bercita-cita naik haji itu (San).

 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

No comments:

Post a Comment