Ingin Jumpa Anak-anak
di Daerah 3T
Menamatkan semester 8-nya dari Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri
Surabaya, Ummi Lailah, begitu namanya, berhasil menyelesaikan skripsinya yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan
Kreativitas Keterampilan Membuat Karya Konstruksi pada Siswa Kelas IV SDN
Segoromadu, Kebomas-Gresik”. Perempuan kelahiran Gresik, 29 Maret 1991 itu berhasil meraih IPK tertinggi se-FIP sebesar 3,76. Lely, begitu
panggilannya, mengaku
memilih judul tersebut karena prihatin melihat kenyataan di lapangan, bahwa siswa lebih
mengunggulkan mata pelajaran inti seperti Matematika, Bahasa Indonesia, atau
Bahasa Inggris, daripada mata pelajaran SBK (Seni, Budaya, dan Keterampilan).
“Siswa biasanya meremehkan SBK, padahal
mata pelajaran ini juga tidak kalah penting dengan mata pelajaran lain. SBK mampu
mengembangkan keterampilan siswa agar dapat berkreasi dan menghargai keindahan
seni,” tegas Ummi.
Ummi Lailah, wisudawan terbaik FIP tahun ajaran 2012-2013 |
Ide skripsi tersebut ternyata juga
dipengaruhi latar belakang keluarga Ummi yang cinta seni. Ayahnya gemar
melukis, sementara Ibunya lihai dalam menyulam, membuat tas dan baju dari wol.
“Kegemaran Ayah dan Ibu tersebut
semata-mata tidak untuk dijual, namun sekedar untuk mengisi waktu luang dan
menambah koleksi pribadi,” aku anak kedua dari tiga bersaudara itu.
Poin penting yang diusung Ummi dalam
skripsinya adalah cinta lingkungan. Siswa diajak membuat keterampilan yang
bahan-bahannya berasal dari alam. Berbagai macam kerajinan seperti boneka,
rumah-rumahan, dan lampion adalah hasil kerja nyata dari siswa SDN Segoromadu. Poin-poin
yang dinilai adalah kemurnian bahan alam, kekuatan bahannya, serta kelengkapan
konstruksinya. Usai membuat kerajinan, mereka dituntut untuk mempresentasikan
hasil karya dengan menjelaskan asal idenya, cara pembuatannya, dan terakhir
adalah menilai hasil karya teman. “Dengan begitu mereka dapat menghargai karya
sendiri dan orang lain,” imbuhnya.
Belajar, lanjut Ummi, merupakan suatu
proses, bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Konsep itulah yang selalu diprioritaskan
Ummi dalam gaya mengajarnya sehingga kreativitas siswa dapat berkembang. Untuk
mematapkan konsep itu, Ummi berkolaborasi dengan guru SDN Segoromadu yang
dianggapnya sudah berpengalaman.
Saat ditanya apakah ia akan menindaklanjuti skripsinya tersebut,
mahasiswa yang tinggal di Jalan KH. Abdul Karim X/13 Trate, Gresik itu menjawab
mantap. Ia akan mengimplementasikan pengalaman dan hasil penelitiannya saat mengajar
nanti.
“Guru PNS kebanyakan mengajar tanpa media,
padahal media pembelajaran merupakan faktor penting dalam
peningkatan kualitas pembelajaran. Saat diterima
PNS nanti, saya akan berusaha untuk tetap memakai media, pun RPP, silabus,
instrumen penelitian, dan perangkat pembelajaran lain,” ujar perempuan
berjilbab itu.
Saat dikabarkan menjadi mahasiswa dengan peraih IPK tertinggi, Ummi mengaku senang sekaligus
takut. Senang karena
perjuangannya menampakkan hasil sempurna, namun juga khawatir tidak dapat
memikul tanggungjawab sebagai orang besar. Namun Ummi meyakini, perjuangan
tidak ada yang sia-sia.
“Saya teringat ketika dulu harus membuat
instrumen kreativitas siswa. Dosen pembimbing skripsi menyuruh saya untuk mencari
referensi ke jurusan Psikologi Pendidikan. Celakanya, jurusan Psikologi
Pendidikan tidak meminjamkan buku pedoman tes yang saya butuhkan. Terpaksa saya
harus pontang-panting membuat instrumen sendiri, sampai-sampai harus revisi
tiga minggu lamanya. Namun di balik itu, kekecewaan saya sedikit terobati
setelah melihat tawa anak-anak SDN Segoromadu,” papar gadis yang sempat
bercita-cita menjadi pramugari tersebut.
Selama menjadi mahasiswa, Ummi aktif di DLM
fakultas selama dua semester, mulai semester dua sampai semester tiga. Dua
semester berikutnya ia pindah ke DLM jurusan. Pada semester lima, mahasiswa
penggemar Biologi dan Kimia itu mulai sibuk dengan les-les privat yang ia
yakini dapat menambah pengalaman. Setelah lulus, tak disangka-sangka Ummi memiliki
keinginan terpendam untuk mengabdi di daerah 3T.
“Saya ingin menjejaki daerah terpencil yang
penuh tantangan, bertemu para putra bangsa yang haus pendidikan. Semoga saja
dapat terwujud,” ungkap Ummi penuh harap.
Kepada mahasiswa Unesa Ummi berpesan untuk terus berprestasi.
“Jadilah berbeda. Jika bisa sama seperti
temanmu, mengapa tidak bisa berbuat yang lebih. Namun yang tidak kalah penting,
semua usaha itu tentunya juga diiringi dengan doa. Tidak meninggalkan sholat
lima waktu, rajin Sholat Tahajud, dan puasa Senin Kamis. Itu semua akan makin
mendekatkan kita kepada Alloh. Biarkanlah hidup ini mengalir seperti air.
Terserah hasilnya seperti apa, yang terpenting adalah prosesnya,” tandas gadis
yang bercita-cita naik haji itu (San).
No comments:
Post a Comment