Unesa Harus
Bermartabat
Ikon
Universitas Negeri Surabaya sebagai pencetak tenaga kependidikan membuat
lembaga ini terus berpacu ke arah yang lebih baik. Sebagai salah satu kampus
unggulan di Jawa Timur, Unesa menjembatani impian beribu-ribu mahasiswa untuk
terjun ke dunia kerja, khususnya ke ranah pendidikan. Dengan berdasar wacana
tersebut, Unesa bertekad menjadi lokomotif pendidikan yang setia pada visi
misinya.
Wacana positif tersebut
dilontarkan oleh Prof. Drs. Toho Cholik Mutohir, MA, Ph.D., Guru Besar Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya
saat ditemui di ruang dosen Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya,
Selasa (7/5/2013). Mencoba disandingkan dengan Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI), Toho mengetengahkan perihal pembaharuan pendidikan.
BERWIBAWA: Prof. Toho saat ditemui di ruang dosen Pascasarjana Unesa, Selasa (7/5/2013).
“UPI memang lebih tua
dari Unesa, wajar bila Pemerintah memberikan
otonomi dan menjadikannya Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN).
Karena itu, tidak mengherankan bila UPI menjadi
lembaga pendidikan yang terdepan dan menjadi universitas pelopor dan unggul.
Namun perlu diketahui bahwa ukuran universitas yang baik tidak dilihat dari
usianya. Semua mata tertuju pada seberapa besar perubahan positif yang ia
berikan pada dunia pendidikan,” ujar Toho.
Saat ini Unesa juga
berperan aktif dalam memperbaiki sistem pendidikan nasional. Toho membeberkan,
bentuk peran serta Unesa tersebut telah tertuang dalam buku “Rekonstruksi
Pendidikan” yang belum lama ini diterbitkan Unesa. Dalam buku tersebut
dinyatakan bahwa pendidikan dan pembelajaran harus
menyenangkan, guru dan pendidikan harus menyediakan fasilitas yang memadai dan
sempurna, agar para siswa nyaman belajar dan menjadi pandai. Perlu juga
pendidikan budi pekerti agar anak Indonesia memiliki sopan santun, hidup
teratur, tidak melanggar, dan ujungnya negara menjadi teratur.
“Tujuan penulisan buku
tersebut semata-mata untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa Unesa terus
berusaha menjadi yang terdepan, segar, dan inovatif,” lanjutnya.
Sejak dari IKIP sampai
sekarang berubah menjadi universitas, Unesa tetap konsisten pada jalurnya,
yaitu pendidikan. Majunya pendidikan tergantung dari guru, dan itu harus
dihasilkan oleh universitas pendidikan. Memang ada jurusan nonpendidikan, namun
jumlahnya tidak banyak. Kedudukan jurusan nonpendidikan semata-mata untuk
memperkuat jurusan pendidikan. Konsisten pada pendidikan sudah merupakan bagian
dari misi, sehingga tidak mungkin bagi Unesa untuk mengutamakan
nonkependidikan.
Saat disinggung mengenai kiprah Unesa diantara
universitas-universitas besar lain seperti ITS dan Unair, Toho tidak
menganggapnya masalah. Baginya, semua universitas itu sama. Lagipula bila
dilihat dari ketatnya persaingan, Unesa berada di peringkat dua pendaftar
terbanyak setelah Unair. Tentu ini menjadi kebanggaan yang luar biasa.
“Baik buruknya
universitas itu tidak dilihat dari peringkatnya, namun tercermin dari empat
pilar: proses pendidikan yang berlangsung, dosen yang kompeten, pelayanan
mengasyikkan, serta research dan
produktivitasnya. Pelayanan yang mengasyikkan itu bisa berbentuk penyediaan
ruang kelas yang lebih baik, bangunan yang tidak kumuh, serta perbaikan sarana
prasarana lain,” beber pria yang juga menjadi dosen di Pascasarjana itu.
Toho mengakui, Unesa
akan bahu-membahu untuk mengoptimalkan kelima aspek di depan. Agar hasilnya
maksimal, Unesa selalu mengedepankan sinergi dengan instansi lain, baik itu
intern maupun ekstern. Namun sebelum melangkah lebih jauh, hubungan asih asah
asuh antara mahasiswa dengan dosen harus terlebih dahulu dikondisikan .
Hubungan tersebut bisa dimulai dari hal-hal kecil, misalnya tentang masalah
yang selalu awet diperbincangkan: dosen telat datang. Toho berharap tidak ada
lagi dosen yang telat masuk kelas. Jika iya, mahasiswa dapat belajar mandiri.
Dengan begitu, antara dosen dengan mahasiswa dapat terbina hubungan asih asah
asuh.
Saat dihubungkan dengan
pembangunan fisik yang saat ini digalakkan Unesa secara besar-besaran, Toho
mengungkapkan bahwa usaha tersebut tidak sepenuhnya menunjang empat pilar
keberhasilan.
“Pembangunan fisik
tidak menjamin. Semua itu semata-mata hanya untuk menunjang kondisi belajar
mengajar. Pembangunan besar-besaran tanpa didukung SDM yang berpola pikir hanya
akan menghasilkan lulusan tanpa karakter,” ujar pria yang tinggal di Jl. Tenggilis Utara VI/9 Surabaya tersebut.
Prof. Toho, begitu
sapaannya, juga ikut andil dalam memperbaiki pendidikan nasional di Indonesia.
Peran nyata di dunia pendidikan yang paling ia ingat adalah saat dirinya mencetuskan
dan melahirkan Deklarasi Surabaya 1998 yang disepakati secara nasional dalam
seminar lokakarya nasional sehingga olahraga ditetapkan sebagai disiplin baru
yang dikenal dengan Ilmu Keolahragaan (Sport
Sciences). Ilmu Keolahragaan itu selanjutnya diakui sebagai anggota
disiplin yang tergabung dalam Komisi Disiplin Ilmu nomor 13 dalam Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas dengan diterbitkannya SK Dirjen Dikti No.
309/Dikti/kep/1999. Dengan diakuinya Ilmu Keolahragaan, Toho lantas
menerbangkan sayapnya dengan merintis berdirinya Fakultas Ilmu Keolahragaan
(FIK) yang sekarang ini ada di Unesa. Keberadaan fakultas itu selanjutnya
diperlukan sebagai salah satu syarat mengonversikan dalam memberikan mandat
yang luas dari berubahnya IKIP menjadi universitas.
“Hal yang
dipergunjingkan saat itu adalah apakah olahraga termasuk ilmu yang berbasis
dominan eksakta. Setelah perjuangan yang sulit, akhirnya B.J. Habibie, presiden
RI waktu itu, mau mengakui olahraga sebagai ilmu mandiri bersama dua ilmu yang
lain, Teknik dan Mipa,” ucapnya sambil tersenyum.
Pria kelahiran Trenggalek,
31 Desember 1947 itu terus aktif di dunia olahraga. Berbagai posisi penting
sudah sempat ia rasakan.
§ Expert
advisor on Physical Education and Sport for Minister of National Education
2008--2011
§ President
of the Indonesian Anti-Doping Agency (LADI) 2002 – 2009
§ President
of the Indonesian Sport Scientists Association (ISORI) 1998 – present
§ Special
Advisor/Consultant of School Sports Development Department of National
Education Republic of Indonesia 2007 – present
§ Secretary
Minister of Youth and Sport of the Republic of Indonesia 2004 - 2008
§ Director
General of Sport Department of National Education Republic of Indonesia 2001 –
2004
§ Vice
President of the Indonesian Sport Committee (KONI) 2003 – 2007
§ President
of the Indonesian Supervisory and Development Board for Professional Sport (BPPOPI) 2002 – 2005
§ President/Rector
of the State University of Surabaya 1997 – 2002
§ Head
of Public Service Organization, Surabaya State University 1993 – 1997
§ President
of Indonesia Floorball Association (IFA) 2009—present
§ Special
Advisor of Asian Primary School Sport Olympiad (APSSO) 2008—present)
§ Chairman
of Indonesia Education League (Liga Pendidikan Indonesia) 2009—present
§ Founder
of International Social Sports
Development Foundation (ISSDF) 2011—present
§ Founder
of Toho Center Foundation (TCF) 2013—present.
Selain sebagai perintis
ilmu keolahragaan, masih banyak partisipasi Toho dalam menunjang keberhasilan
Unesa untuk memperbaiki pendidikan nasional.
1. Merintis
mengembangkan olahraga baseball dan softball di Indonesia khususnya di Jawa
Timur sejak tahun 1965 – 2000 dan diplih oleh SIWO sebagai Pembina/pelatih
terbaik.
2. Merintis
dan memelopori pengenalan olahraga baru Floorball di Indonesia 2009 dan sebagai
Ketua Umumu Asosiasi Floorball Indonesia (AFI)
3. Mencetuskan
dan melahirkan Deklarasi Surabaya 1998 yang disepakati secara nasional dalam
seminar lokakarya nasional sehingga Olahraga ditetapkan sebagai disiplin baru
yang dikenal dengan Ilmu Keolahragaan (Sport
Sciences).
4. Merintis
dan memperjuangkan Ilmu Keolahragaan untuk diakui sebagai anggota disiplin yang
tergabung dalam Komisi Disiplin Ilmu nomor 13 dalam Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Depdiknas dengan diterbitkannya SK Dirjen Dikti No.
309/Dikti/kep/1999.
5. Merintis
dan memperjuangkan berdirinya Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) yang selanjutnya
keberadaan fakultas ini sangat diperlukan sebagai salah satu syarat mengonversikan
dalam memberikan mandat yang luas dari IKIP menjadi universitas seperti
Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri
Jakarta, Universitas Negeri Padang, dan Universitas Negeri Medan.
6. Mempelopori
berdirinya Komisi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga pada tahun 2003
dalam upaya mengidentifikasi, menganlisis dan mengevaluasi perkembangan ilmu
dan teknologi keolahragaan beserta masalah yang terkait dan sekaligus mencari
solusi pemecahannya guna digunakan sebagai bahan penyusunan kebijakan
pembangunan olahraga.
7. Merintis
kerjasama antara Indonesia dan Korea melalui pendirian dan pembangunan gedung
olahraga sebagai tanda persahabatan Korea-Indonesia di Cibubur, Jakarta sejak
tahun 2001. Gedung tersebut hingga kini masih kukuh berdiri untuk kegiatan
olahraga sebagai simbol dan alat pendidikan
dan persahabatan antar bangsa khususnya Korea dan Indonesia.
8. Sebagai
Ketua Tim yang ikut membidani lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor, 16, 17, 18 tahun
2007 yang dinilai oleh masyarakat luas bahwa keberadaan peraturan
perundang-undangan ini sangat vital sebagai landasan dan paying hokum
pembangunan olahraga yang hampir seperempat abad telah diperjuangkan.
9. Merintis
dan mempelopori terselenggaranya event olahraga Porseni Pondok Pesantren
Nasional I di Jawa Barat tahun 2001, Sumsel
(2003), Sumut (2005), Kaltim (2007) dan berikutnya di Jatim (2010). Ide
mulia Porseni ini sejak awal digagas diharapkan dapat digelorakan melalui
penyelenggaraan Porseni Pondok Pesantren pada tingkat Asean Asia dan bahkan
dunia. Melalui kegiatan olahraga ini diharapkan citra bangsa Indonesia yang mayoritas Islam yang
dinilai negatif akibat terorisme dapat dihilangkan, karena terbukti para santri
yang dipelopori Indonesia dapat
menunjukkan kepada dunia sikap yang damai dan bersahabat melalui olahraga Porseni Pondok Pesantren ini.
10.
Merintis Gerakan Olahraga Nasional
dengan pengarusutamaan (mainstreaming)
tidak saja memberikan kepedulian kepada kaum perempuan tetapi juga kepada
penderita cacat (handicaped) dengan
menyelenggarakan Pekan Olahraga Pelajar Nasional bagi penderita cacat pertama
kali di Jakarta tahun 2004. Program dinilai sangat berarti oleh BPOC sebagai
awal kebangkitan olahraga cacat yang secara sistematik memperoleh perhatian
untuk persiapan menuju paralympic games
dan/atau special olympic.
11.
Merintis
dan mempelopori penyelenggaraan Pekan Olahraga KORPRI Nasional I di Jakarta
tahun 2004 yang sampai sekarang masih diteruskan dengan POR KORPRI Nasional II di Sumatera Selatan
2006.
12.
Mencetuskan
ide dan mempelopori pengembangan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Olahraga
Mahasiswa (PPLM) pada tahun 2002 pada saat masih menjabat Dirjen Olahraga.
Pendirian PPLM dinilai oleh masyarakat khususnya perguruan tinggi sebagai
langkah strategis untuk memberdayakan perguruan tinggi sebagai basis pembinaan
olahraga nasional.
13.
Menginisiatif
berdirinya Badan Pengawasan dan Pengendalian Olahraga Profesional (BPPOPI)
sebagai respon terhadap keprihatinan terhadap dunia olahraga tinju professional
di tingkat nasional dan dunia, dikarenakan banyaknya atlet (petinju) yang
meninggal dunia berturut-turut akibat mis-manajemen. WBC menjatuhkan provisional sanction kepada Indonesia,
namun dengan perjuangan yang ulet dan dengan adanya jaminan dari BPPOPI, maka
ketika Toho Cholik Mutohir berpidato di depan sidang WBC di Las Vegas USA,
seluruh peserta sidang secara aklamasi mencabut sanksi tersebut. Sejak itu
petinju Indonesia bisa bebas bertinju kembali, namun dengan pengawasan dari
BPPOPI.
14.
Merintis
dan menginisiatif berdirinya Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) sebagai
konsekuensi ikut menandatangani Deklarasi Copenhagen 2003. Mengikuti sidang
umum WADA dan Unesco dan akhirnya ikut mempelopori berhasilnya Indonesia untuk
meratifikasi Konvensi Internasional Anti Doping – Unesco dengan diterbitkannya
Keputusan Presiden R.I Nomor 101 tahun 2007.
Sejak itu, Toho Cholik Mutohir duduk sebagai Ketua Umum LADI
(2003—2008).
15.
Mencentuskan ide, mengembangkan dan
mengimplementasikan Sport Development Index tahun 2003 – 2007 menjadi program
tingkat nasional, dan diakui oleh koleganya dari luar negeri ide ini sebagai breakthrough dalam bidang ilmu
keolahragaan dan mereka menyebut Indonesia sebagai the leading nation dalam pengukuran pembangunan olahraga. Buku
berjudul SDI: konsep, metodologi dan aplikasi telah ditulis dan didaftarkan
untuk mendapatkan hak cipta untuk membuktikan originalitas yang perlu
dilindungi hak intelektual anak bangsa.
16.
Merintis dan mempelopori gerakan Fair
Play, dalam kapasitasnya sebagai Tenaga Ahli/Konsultan bidang Olahraga
Pendidikan di Depdiknas, dengan mengujicobakan dan menerapkan pertama kali
sistem penilaian Fair Play dalam Fair Play Award pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional I dan
II Tingkat SD tahun 2008 dan 2009 sampai sekarang.
17.
Merintis dan mempelopori pengembangan
program Liga Pendidikan Indonesia (LPI) sebagai ajang kompetisi tahunan SMP,
SMA sederajad dan perguruan tinggi cabang olahraga sepakbola memperebutkan
Piala Presiden. LPI merupakan event kompetisi olahraga pendidikan di Indonesia
yang pertama kali digelar dengan menggunakan wawasan industri olahraga.
LPI telah dicanangkan menjadi program
Nasional yang peresmiannya dilakukan oleh Presiden RI pada tangal 5 Juni 2009
di Jakarta.
18.
Merintis pengembangan model program continuing professional development
(inservice training) bagi tenaga pendidikan (1980) – Master of Arts
Project. School of Education Macquarie University.
19.
Merintis pengembangan instrumen untuk
penilaian keefektivan mengajar bagi dosen – Ph.D Thesis, School of Education
Macquarie University.
20.
Merintis aplikasi evaluasi efektivitas
pengajaran (kinerja dosen) oleh mahasiswa di IKIP Surabaya (Unesa) tahun
1998—sekarang dalam rangka peningkatan mutu pengajaran.
21.
Meluncurkan pengembangan olahraga baru
Smackball di Surabaya bersama guru Penjasorkes Saudara Iwan (2010).
22.
Mempelopori pendirian organisasi cabang
olahraga Floorball sebagai cabang olahraga baru di Indonesia, dan menjadi Ketua
Umum Pertama Asosiasi Floorball Indonesia (2009—sekarang)
23.
Memimpin kontingen Indonesia (Chef de
Mission) dalam Asian Youth Games suatu event olahraga bagi remaja di tingkat Asia yang pertama kali
diselenggarakan di Singapore tanggal 29
Juni- 4 Juli 2009. Event ini menggugah kesadaran dan semangat kita bangsa
Indonesia bahwa Negara-negara (khususnya di Asia) yang sangat maju olahraganya
ternyata memiliki komitmen yang kuat untuk menyelenggarakan pembinaan olahraga yang harus dimulai sejak usia dini
dan dilaksanakan secara terpadu, berjenjang dan berkelanjutan dengan pendekatan
Iptek. Disamping itu, Negara tersebut konsisten menerapkan prinsip bahwa
sekolah menjadi basis utama pembinaan dan pengembangan olahraga secara jangka
panjang.
24.
Ketua Tim Pengembang Program Pengakuan
Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB) tingkat Nasional bagi Guru dalam
Jabatan, Direktorat Jenderal PMPTK, Kepmendiknas 2008—sekarang.
25.
Tim Pembangunan Karakter Bangsa dan
Pendidikan Karakter, Direktorat Ketenagaaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi 2009—2011.
26.
WakilTetap Kementerian Pendidikan
Nasional sebagai Sekretaris Dewan Nasional Program Indonesia Emas (PRIMA),
Surat Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional Nomor
34566/A.A1/KP/2010 tanggal 10 Mei 2010.
27.
Ketua Tim Pengembang Program Peningkatan
Kualifikasi Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan (PSK-GJ) Dtijen
Dikti sejak tahun 2008--2011 termasuk menyusun naskah akademik, rambu-rambu,
dan pedoman teknis pelaksanaan program.
28.
Ketua Tim Pengembang Program Pengakuan
Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar: PPKHB (Recognition of Prior Learning),
dalam rangka percepatan program Peningkatan Kualifikasi Sarjana (S-1)
Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan (PSK-GJ) Dtijen Dikti sejak tahun
2009--2011 termasuk menyusun naskah akademik, rambu-rambu, dan pedoman teknis
pelaksanaan program.
29.
Ketua Tim Pengembang Program Pendidikan
dan Pelatihan Terpadu. Badan PSDMPK dan PMP Kemdikbud tahun 2011--sekarang
termasuk menyusun naskah akademik, rambu-rambu, dan pedoman teknis pelaksanaan
program Diklat Terpadu.
30.
Ketua Tim Monitoring dan Evaluasi Peningkatan Kualifikasi Sarjana (S-1)
Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan (PSK-GJ) Dtijen Dikti sejak 2009—sekarang.
31.
Ketua Tim Monitoring dan Evaluasi program PPKHB dalam program Peningkatan
Kualifikasi Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan (PSK-GJ) Dtijen
PMPTK sejak 2009—sekarang.
32.
Ketua Tim study visit ke Jepang dalam
rangka short courses tentang system rekrutmen, pengakatan, penigembangan
profesi guru, penilaian kinerja guru dan pengakuan pengalaman kerja dan hasil
belajar (PPKHB) tanggal 11—16 Oktober 2010.
33.
Ketua Tim Pemetaan Kompetensi Guru
Indonesia—Konsultan Bank Dunia, April 2011—2012.
34.
Mengikuti berbagai diskusi dan seminar
dalam penyusunan peraturan perundang-undangan terkait dengan penilaian kinerja
guru dan pengembangan profesi guru.
35.
Menjadi nara sumber dan penyaji dalam
berbagai forum seminar dan lokakarya yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikti dan
Ditjen PMPTK dalam rangka pengembangan profesi pendidik (guru dan dosen).
36.
Menjadi pembicara kunci dalam berbagai
seminar nasional dan internasional dalam bidang pendidikan jasmani, olahraga
prestasi, dan olahraga pariwisata (sport
tourism).
37.
Menulis makalah-makalah dalam bidang
pendidikan, pendidikan jasmani dan olahraga dalam seminar nasional dan
internasional, dan menyusun buku-buku antara lain (1) Permainan Bola Voli
(bersama Muhyi 2012; (2) Pemanduan Bakat Cabang Olahraga Voli (bersama Nining
WK, 2012); (3) Pembinaan Karakter Bangsa Generasi Muda dalam Mewujudkan
Persatuan dan Kesatuan Bangsa (2011); (4) Dimensi Pedagogi Olahraga (2011); (5)
Berkarakter dengan Berolahraga, Berolahraga dengan Berkarakter (bersama M
Muhyi, 2011); (6) Perkembangan Motorik
pada Masa Kanak-Kanak (bersama Gusril, 2008), (7) Sport Development Index:
Konsep, Metodolgi dan Aplikasi (2007),
(8) Wacana Pendidikan di
Era Globalisasi (2003); (9) Gagasan-gagasan tentang Pendidikan
Jasmani dan Olahraga (2002).
Latar belakang
pendidikan Toho memang kuat. Gelar sarjana ia peroleh dari Sekolah Tinggi
Olahraga Surabaya, baru setelah itu melanjutkan S2 ke Macquarie University –
Sydney Australia dengan spesialisasi jurusan Educational Planning. Pendidikan
doktor ia selesaikan juga di negara kangguru tersebut dengan mengambil
spesialisasi jurusan Educational/Instructional Evaluation. Dari sekian
banyaknya partisipasi Toho dalam menunjang keberhasilan Unesa untuk memperbaiki
pendidikan nasional, Toho menilai suatu saat nanti Unesa akan bisa menjadi
lokomotif pendidikan layaknya UPI. “Asal dengan tidak melupakan tridharma
perguruan tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,”
cetusnya.
Ke depan, Toho berharap
agar Unesa lebih maju lagi dengan lompatan-lompatan akademik. Tidak perlu
tinggi-tinggi, yang terpenting mahasiswa dapat berkreasi secara inovatif. Bukan
pendidikan saja, namun Unesa juga berupaya untuk memberi wawasan berwirausaha
sehingga mahasiswa dapat menjawab tantangan zaman.
“Kita harus
berlomba-lomba memajukan Unesa dengan kepakaran masing-masing. Kuncinya adalah
sinergi dengan warga di dalam maupun di luar kampus. Dengan begitu, saya berani
berkata satu kata untuk Unesa, bermartabat,” pungkas bapak tiga anak itu (San).
No comments:
Post a Comment